Dongeng merupakan cerita pendek yang tidak dianggap benar terjadi. Dongeng diceritakan dengan tujuan untuk menghibur, melukiskan kebenaran, pelajaran (moral) dan sindiran. Dongeng merupakan salah satu metode pembelajaran yang menarik untuk anak-anak. Dengan adanya dongeng, banyak cerita yang menarik untuk disampaikan kepada anak dan akan lebih mudah bagi anak untuk memudahkan mengetahui suatu informasi.
Dongeng sering kali sangat berkesan bagi setiap anak, cerita dongeng sangatlah mudah diingat bagi anak-anak karena, ingatan setiap anak jika didengarkan dongeng saat masih kecil, memori ingatannya akan jauh lebih kuat dan cerita dongeng tersebut akan diingat sampai puluhan tahun. Dengan adanya dongeng, anak-anak akan berkembang dengan kepribadian yang baik di setiap dirinya karena mendapatkan nilai-nilai moral pada dongeng yang telah dibaca.
Transformasi atau perubahan pada dongeng sebelum adanya era digital sangatlah jauh berbeda dengan saat ini, dulu dongeng dijadikan sebagai tradisi untuk diceritakan oleh orang tua kepada setiap anaknya. Bahkan sebelum tidur anak-anak selalu diceritakan dongeng oleh orang tuanya agar anak-anak bisa menyerap hal-hal yang baik dan menanamkan nilai-nilai moral pada kehidupan anaknya. Pada masa itu, peran orang tua terhadap anak dalam membacakan dongeng tanpa sadar telah memberikan hal yang positif bagi anak, mengenalkan budaya, sejarah dan hal-hal baik lainnya dengan secara tidak langsung.
Beberapa tranformasi dongeng pada saat ini sangat berpengaruh terhadap orang tua dan tentunya anak-anak. Karena, dengan adanya era digital ini, dongeng yang dulunya dijadikan sebagai tradisi, kini mulai tergeser dengan adanya teknologi yang membuat peran orang tua dalam membacakan dongeng kurang berperan aktif, dan anak-anak kini mulai surut mendengarkan cerita dongeng bahkan menyebutkan dongeng sebagai cerita dulu yang dianggap sudah basi.
Dapat terbilang sangat ironis, dongeng pada era digital ini sangat berpengaruh terhadap anak-anak, memang di era digital ini pastinya dongeng akan tersebar sangat mudah, entah itu di internet, media sosial, dan buku-buku dongeng yang semakin banyak. Namun tetap saja, saat ini kebanyakan buku-buku dongeng hanya dijadikan sebagai pajangan dan sangat jarang anak-anak untuk membaca buku dongeng tersebut.
Dalam hal ini, walaupun era digital telah menguasai dan memberikan beberapa dampak negatif terhadap bacaan dongeng, peran orang tua yang dulu menjadikan tradisi membacakan dongeng pada anak, harus tetap bisa mengimbangi pada era digital saat ini. Orang tua juga harus tetap berperan aktif, agar anak dapat tertarik dan mau mendengarkan cerita dongeng yang saat ini mulai jarang dibacakan. Dengan adanya cara tersebut, setidaknya telah mengembalikan tradisi bacaan dongeng yang dulu.
Tradisi ini mungkin sudah lama, tetapi apa salahnya jika di realisasikan kembali agar tradisi bacaan dongeng tidak pudar dan tidak terkalahkan dengan era digital pada saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H