RUSLAN Mustapha, harus mengakhiri petualangannya menelusuri puing-puing bencana alam setelah posisinya sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi Tengah digeser oleh Bupati Morowali, H. Anwar Hafid.
Ruslan Mustapha digeser menjadi Staff Ahli. Posisinya digantikan oleh mantan Asisten Bidang Pemerintahan Kabupaten Morowali, Yosar Kardiat, S.STP, MM. Pergantian jabatan tersebut terjadi pada 22 Mei 2014 di Kantor BPBD Morowali, kompleks Perkantoran Bumi Funuangsingko Bungku.
Perihal pergantian jabatan tersebut bukan tanpa sebab, tentunya H. Anwar Hafid sebagai Bupati tidak akan begitu saja mengganti posisi bawahannya tanpa alasan.
Sehari sebelum pergantian jabatan tersebut, tepatnya pada 21 Mei 2014 malam, terjadi kebakaran yang melanda rumah salah satu penduduk di desa Bahomohoni Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali. Dalam peristiwa tersebut, petugas pemadam kebakaran yang berada dibawah naungan BPBD Morowali yang saat itu dipimpin Ruslan Mustapha dinilai lamban oleh masyarakat.
Pasalnya, saat berusaha memadamkan api, pompa damkar macet yang mengakibatkan pemadaman tidak berjalan. Untungnya, warga di desa setempat sigap dan secara bersama-sama memadamkan api.
Peristiwa macetnya pompa damkar tersebut kemudian menjadi lelucon masyarakat, berbagai tanggapan miring pun diarahkan publik ke instansi yang menangani masalah bencana tersebut. Tentu saja, Ruslan Mustapha sebagai pimpinannya menjadi sasaran empuk.
Peristiwa inilah yang kemudian disinyalir sebagai penyebab terjadinya pergantian jabatan secara mendadak keesokan harinya pada 22 Mei 2014.
Yosar Kardiat sendiri sebagai pengganti Ruslan Mustapha adalah mantan Camat Bumi Raya dan Asisten Bidang Pemerintahan Kabupaten Morowali. Lulusan STPDN yang masih muda ini dianggap sebagai figur yang tepat untuk memimpin BPBD Morowali karena pejabat muda ini dikenal memiliki banyak ide-ide cemerlang dan mudah bersosialisasi dengan masyarakat.
Namun, tak seberuntung Yosar Kardiat, banyak pejabat di Morowali yang tergantung diawang-awang saat ini, pasalnya sejak seleksi jabatan beberapa bulan lalu, hingga hari ini belum juga ada pelantikan pejabat untuk beberapa instansi, seperti Inspektorat, Catatan Sipil dan Kependudukan serta Dinas Pendidikan Daerah. Semua pimpinan dinas tersebut masih berstatus Pelaksana Tugas (Plt).
Hingga kemudian memunculkan pertanyaan, apakah Bupati Morowali menunggu terjadinya kejadian seperti peristiwa kobaran api diatas baru kemudian melantik pejabatnya ?
Jika demikian, maka Morowali membutuhkan banyak peristiwa untuk mengisi banyaknya jabatan yang kosong dan hanya diisi oleh pelaksana tugas, padahal penyeleksian jabatan beberapa bulan lalu dilakukan oleh perwakilan Universitas Gadjah Mada.