Mohon tunggu...
Ghafur El Halim
Ghafur El Halim Mohon Tunggu... lainnya -

Saya adalah orang biasa, yang biasa-biasa saja dan tak berfikiran untuk menjadi luar biasa. Karena menjadi biasa saja jauh lebih baik bagi saya yang biasa-biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Popularitas Jokowi-JK versus Dukungan Partai Islam di Kubu Prabowo-Hatta

20 Mei 2014   23:28 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:19 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HATTA Radjasa seperti kita ketahui adalah besan dari Presiden SBY. Dipilihnya Hatta sebagai pasangan cawapres Prabowo Subianto adalah merupakan suatu manuver untuk merebut simpati SBY agar bergabung dengan koalisi Gerindra, PAN, PPP, PKS dan Golkar.

Jika, SBY bergabung, maka dapat dikatakan bahwa peluang dan kekuatan Prabowo-Hatta akan lebih besar. Karena pengaruh SBY masih kuat ditengah-tengah masyarakat.

Jika SBY tidak lagi memiliki pengaruh di masyarakat, maka perolehan suara Demokrat pada pilcaleg kemarin, mungkin hanya akan berkisar pada 5 persen mengingat isu korupsi yang menghantam partai tersebut. Tapi kan tidak, jadi pengaruh beliau masih sangat kuat. Nah, ketika SBY bergabung dengan Prabowo-Hatta ini akan mengangkat peluang pasangan tersebut.

Terkait dengan anggapan bahwa Jokowi-JK mendominasi di Sulsel, pemilih Sulawesi Selatan saat ini berbeda dengan dulu, apalagi Jusuf Kalla hanya menjadi cawapres.

Prabowo-Hatta ataupun Jokowi-JK, semuanya punya pendukung fanatik di Sulsel. Jadi tidak ada yang mendominasi. Kecuali, Jusuf Kalla jadi capres, barulah bisa mendominasi di Sulsel. Kita jangan lupa, di kubu Prabowo-Hatta ada Anis Matta yang memiliki banyak pendukung fanatik di Sulsel, jangan lupa pula dengan bagaimana mengakarnya partai Golkar dimasyarakat Sulsel, belum lagi jika pak SBY (Demokrat-Red) bergabung. Jadi berimbanglah antara Prabowo dan Jokowi ini.

Inti kekuatan Jokowi-JK sebenarnya berada pada popularitas. Belum ada jaminan apa-apa bahwa popularitas bisa merubah nasib suatu bangsa. Sementara itu, Prabowo-Hatta sekarang inti kekuatannya adalah kelompok Islam, mengingat mayoritas partai berlatar Islam menjadi pendukung pasangan tersebut. Namun, itu pun tidak bisa dijadikan jaminan.

Sederhananya, pertarungan Jokowi - Prabowo ini adalah menarik. Rakyat akan tahu harus memilih siapa dan rakyat akan menilai bagaimana latar belakang dan program kedua pasangan ini. Karena itu intinya, latar belakang dan program, bukan popularitas ataupun lantaran banyaknya dukungan dari parpol berlatar Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun