Data survei yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta memberikan gambaran yang cukup rinci tentang tingkat toleransi beragama di kalangan mahasiswa Indonesia. Meskipun mayoritas mahasiswa menunjukkan sikap toleransi yang tinggi, masih ada sebagian yang memiliki tingkat toleransi yang rendah. Temuan ini menciptakan dinamika menarik ketika kita mengaitkannya dengan tema yang muncul, yaitu "Harmoni di Tengah Perbedaan: Menghadapi Tantangan Anti-Intoleransi."
Pentingnya memperhatikan hasil survei ini terletak pada pemahaman bahwa, meskipun mayoritas mahasiswa menunjukkan sikap toleransi yang baik, masih ada bagian dari populasi yang dapat menjadi titik rawan intoleransi. Oleh karena itu, harmoni di tengah perbedaan bukanlah sesuatu yang dapat dianggap sebagai pencapaian final, melainkan sebuah perjalanan yang memerlukan perhatian dan upaya berkelanjutan.
Temuan yang menunjukkan bahwa mahasiswa dari Perguruan Tinggi Kedinasan memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi, dan sebaliknya, mahasiswa dari Perguruan Tinggi Agama memiliki tingkat persepsi keterancaman yang lebih tinggi, menggambarkan adanya variasi diantara institusi pendidikan tinggi. Hal ini dapat dijadikan landasan untuk merumuskan strategi dan kebijakan yang lebih terfokus untuk setiap tipe perguruan tinggi.
Sementara data menunjukkan mayoritas mahasiswa memiliki sikap toleransi yang tinggi, hal ini seharusnya tidak membuat kita lengah. Langkah-langkah yang disarankan oleh PPIM UIN Jakarta, seperti mempromosikan kekayaan pengalaman sosial lintas kelompok keagamaan, memperbaiki iklim sosial kampus, dan meningkatkan kultur toleransi, dapat menjadi panduan yang baik untuk mencapai harmoni sejati di tengah perbedaan.
Judul "Harmoni di Tengah Perbedaan: Menghadapi Tantangan Anti-Intoleransi" mencerminkan peran penting yang harus dimainkan oleh semua pihak, termasuk pemangku kebijakan, lembaga pendidikan, mahasiswa bahkan masyarakat luas. Melalui kesadaran akan data survei ini, kita diingatkan bahwa upaya menjaga harmoni memerlukan langkah-langkah konkret, seperti yang diusulkan oleh PPIM UIN Jakarta, untuk memastikan bahwa intoleransi tidak mendapatkan tempat di lingkungan pendidikan tinggi kita.
Â
Referensi
Utama, T. (n.d.). Kebinekaan di Menara Gading: Toleransi Beragama di Perguruan Tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H