Mohon tunggu...
Sebisanya Saja
Sebisanya Saja Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik di SMP

Tidak sering-sering, meskipun ada sejak 27 Mei 2012.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menempuh Badai Pergolakan

24 Juli 2017   22:36 Diperbarui: 31 Desember 2018   12:39 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hisyam merenung dalam-dalam. Di benaknya banyak tanda tanya bergelayut. Tak sudah-sudah bibirnya menyeruput kopi panas. Mentari sudah berancang-ancang rebah di ranjangnya. Binatang malam hilir-mudik membangunkan kawan-kawannya. Tidak bisa dan ini harus! Ya ini sebuah keharusan! Entah apa yang tiba-tiba keluar dari benak Hisyam. Hingga ia berseru seperti itu. Malam mulai merangkak menyusuri  tiap lorong yang sepi. Suara jengkerik bernyanyi ramai. Kelelawar melesat cepat keluar dari bumbung-bumbung bambu. Di udara suara burung malam pun terdengar lirih. Malam semakin larut. Namun Hisyam masih duduk di tempatnya semula. Setengah gelas kopi sudah mendingin. Sedingin aliran udara membawa angin yang berhembus malam itu. Hisyam menengadah ke arah langit malam. Sinar rembulan sebagian tertutup awan.  Malam itu adalah titik balik sebuah pergolakan. Antara idealisme seorang Hisyam dengan kepongahan sebuah sistem. Aku harus memulai perubahan ini. Esok adalah sebuah pengawalan sejarah. Dan harus menjadi sejarah yang panjang untuk dikenang. Saatnya bergerak. Saatnya bertindak. Musti berubah!!! Ya berubah!!! Harga yang pantas untuk dibayar! Tidak ada sesuatu yang mustahil! Pagi cepat sekali datangnya. Sosok kurus tinggi terlihat samar di kegelapan shubuh berjalan tergesa-gesa. Dengan tas ransel berisi helaian kertas dan bekal makanan seperlunya, pemuda itu menuju stasiun Tugu Manis di Desa Kecapiring.  Dialah Hisyam yang tadi malam penuh dengan pikiran. Tak berapa lama, dia sudah berada di perjalanan. Bus Kendakawutu membawanya menuju tempat yang sudah direncanakannya. Siang pun tampak menyambutnya.  Dia meminta bus menepi dekat sebuah kemah. Di dalamnya sudah berkumpul Bagja, Sugema. Raga, Bayu dan Nuga. Mereka sudah menunggu Hisyam sejak semalam. Kalian sudah punya rencana?  Itu awal ucapan Hisyam ketika rapat 6 pemuda baru dimulai. Sudah! Jawab Nuga yang sudah tak sabar dengan gagasan-gagasannya. Kampus sudah kita satukan dalam visi dan misi. Kawan-kawan yang lainnya tinggal menunggu komando dari kita. Kampus akan kita genggam malam ini. Pergolakan besar baru dimulai!  Ayo berangkat! Mereka pun segera berangkat menumpang mini bus menuju kampus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun