Mohon tunggu...
Galuh Eka Arum Putri
Galuh Eka Arum Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

I practice what I post

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Objek Wisata Sendang Songo Di Dusun Slembi, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Bo

7 Agustus 2023   15:01 Diperbarui: 7 Agustus 2023   15:07 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang cukup terkenal di Karesidenan Surakarta. Terletak sekitar 25kilometer sebelah barat kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Semarang, Grobogan, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Sleman, dan Magelang. Daerah yang kental dengan budaya Jawanya ini juga terkenal karena memiliki banyak destinasi wisata yang cukup menarik wisatawan. Kekayaan alam dan budaya yang dimiliki, menjadikan pariwisata sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Boyolali. Sektor pariwisata ini diharapkan mampu memperoleh pendapatan dan menunjang perekonomian masyarakat.

Pariwisata yang dimiliki kabupaten Boyolali salah satunya berupa mata air alami yang mengalir secara terus menerus dan sangat jernih airnya yang mana dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat menjadi tempat wisata air seperti pemandian, kolam pancing, dan restoran. Setiap tempat wisata mata air memiliki keunikan masing-masing, salah satunya Wisata Sendang Songo yang terletak di Dusun Slembi, Desa Jurug, Kabupaten Boyolali. Sendang songo Terletak di Dukuh Slembi, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, Lokasinya berada di sebelah selatan pusat kota Boyolali atau sekitar 2 kilometer dari Batalyon Infanteri 408/SBH Kompi Senapan Boyolali. 

Sendang songo dipercaya sudah mengalir sejak puluhan tahun yang lalu. Sendang ini memiliki pancuran yang mengalir sejumlah sembilan yang terbuat dari besi sepanjang 10 meter sehingga dinamakan Sendang Songo. Oleh warga dukuh Slembi Sendang Songo ini masih dikeramatkan atau disakralkan mengingat sejarah cerita Sendang Songo yang merupakan petilasan zaman kerajaan yang usianya sangat tua. Sumber air ini ditutupi oleh daun dan batang pohon beringin yang berdiri lebih dari 100 tahun. Pohon tersebut juga dipercaya memiliki pusaka dengan jumlahnya tak terhitung yang jika disentuh atau dibawa pulang akan mengakibatkan kesialan.

Menurut salah satu tokoh masyarakat di desa tersebut, keberadaan keraton ini tak lepas dari Prabu Kusumawicitro atau Prabu Ajipamasa sebagai pendiri kerajaan Pengging. Namanya memang tak setenar raja-raja lain seperti Ken Arok, Kertanegara, Samaratungga, Mulawarman dan sebagainya.Tapi Prabu Ajipamasa punya pengaruh besar hingga berhasil mengubah nama-nama gunung yang ada di pulau jawa ini, seperti gunung Merapi yang diubah dari gunung Condrogeni. 

Empu Udaka mencatat pendirian Kerajaan Pengging dilakukan sekitar tahun 947 Masehi. Masa itu bersamaan dengan Kerajaan Medang atau Mataram Hindu yang berhasil membuat mahakarya Borobudur, Prambanan dan candi-candi besar lainnya. Prabu Ajipamasa yang mempunyai istri Dewi Soma berhasil menurunkan keturunan yang kemudian mendirikan Keraton bernama Salembi. Empu Udaka mencatat pendirian Kerajaan Pengging dilakukan sekitar tahun 947 Masehi. Masa itu bersamaan dengan Kerajaan Medang atau Mataram Hindu yang berhasil membuat mahakarya Borobudur, Prambanan dan candi-candi besar lainnya

Prabu Ajipamasa yang mempunyai istri Dewi Soma berhasil menurunkan keturunan yang kemudian mendirikan Keraton bernama Salembi. Cucu buyutnya yang bernama Damandriyo atau Raden Sucitro atau Prabu Darmokusumo yang menempati kerajaan kecil yang terletak di sebelah barat daya Kerajaan Pengging itu. Kedua kerjaan yang masih bersaudara itu akhirnya bersatu kembali setelah anak dari Prabu Darmokusumo, Raden Darmarmoyo menikahi Dewi Rarasati yang merupakan anak dari Prabu Prabu Angling Driyo, Raja Ketiga Kerajaan Pengging. Kemudian Raden Darmoyo menggantikan kedudukan Prabu Angling Driyo di Pengging. Walapun menantu tetapi dia (Raden Damarmoyo) mendampingi istrinya yang bernama Dewi Rarasati," ujarnya. Menurutnya, bergabungnya Kerajaan Salembi dengan Pengging itulah menjadikan Kerajaan Salembi kurang begitu dikenal dimasyarakat sampai saat ini.

Selain itu, kurangnya pemahaman benda-benda besejarah di sekitar sebuah petirtan Salembi ini kurang terawat. Lalu Perwara (Patung yang mengelilingi candi) yang banyak terdapat di Salembi itu kemudian lenyap diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Begitulah sejarah dari sumber mata air sendang songo ini. Dari sejarah yang panjang tersebut memberikan dorongan bagi pemerintah desa Jurug untuk mewujudkan wisata sendang songo agar dapat dikenal oleh masyarakat dan mampu meningkatkan perekonomian desa. Wisata sendang songo mulai dibangun sejak beberapa tahun lalu yang diresmikan pada Oktober 2021, akan tetapi pada saat proses pengembangan wisata ini mengalami kendala yang disebabkan oleh pandemi covid-19. Sehingga proses pengembangannya mengalami kendala, seperti keterbatasan pembangunan fasilitas, kebersihan lokasi, pengelolaan yang terhambat, serta promosi wisata sendang songo yang tidak berjalan optimal. 

Sehingga dapat kami simpulkan bahwa kabupaten Boyolali memiliki berbagai wisata yang khas seperti sumber mata air yang jernih, salah satunya Wisata Sendang Songo yang terletak di dusun Slembi, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo. Yang mana potensi ini mampu untuk meningkatkan perekonomian warga dan menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat Boyolali khususnya dan luar Boyolali pada umumnya. Akan tetapi akibat dari pandemi Covid-19 menjadikan Wisata Sendang Songo ini terhambat dalam berbagai proses pengembangan dan pembangunannya. 

Kami memberikan saran agar masyarakat desa mampu untuk berkoordinasi lebih lanjut, supaya pengelolaan Wisata Sendang Songo dapat kembali optimal dan fasilitas yang ada dapat segera di perbaiki, sehingga mampu meningkatkan nilai promosi yang dapat di publikasikan kepada masyarakat luas. 

Artikel ini ditulis oleh KKN-T Kerso Darma UIN Raden Mas Said Surakarta 2023 Kelompok 210 yang beranggotakan Aisyah Rahawati Putri, Devita Eka Safitri, Dhea Salsabilla Santoso, Dzakwan Ab'du Qais, Febrilia Tyas Indria, Galuh Eka Arum Putri, Risa Aisjah Rachman, Rois Satul Maghfiroh, Suci Nurani, Tito Ariyanto Nugroho, Ulfi Anisa Na'diroh, dan Zakariya Muhammad.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun