Mohon tunggu...
giullianno anno
giullianno anno Mohon Tunggu... -

Dark skin yang dulu jalan hidupnya sering terlampau ekstrim, sekarang mencoba untuk lebih calm down....semoga

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Bahasa Politik"

13 Januari 2010   13:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:29 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua malam yang lewat kang Agus menyuruh saya sowan kerumahnya, menghadap istilahnya. Dari gelagatnya waktu sore hari kami bertemu sepertinya ada hal penting yang perlu disampaikan sampai-sampai kami harus bertemu empat mata malam harinya. Setelah mengatur waktu jadilah kami sepakat bertemu di rumahnya jam 10.30 Wita, itu juga setelah sebelumnya kang Agus harus ke rumah cik Wahidah terlebih dahulu karena ada panggilan mendadak.

Wakil Ketua DPRD itu rupanya sedang dirundung nestapa sehingga harus memanggil penasehat pribadinya selarut itu. Gelar akademisnya dipermasalahkan oleh lawan politiknya, sebenarnya tidak ada masalah dengan gelar akademisnya, tapi isu gelar yang termasuk kategori terlalu biasa bagi seorang anggota dewan terhormat itulah yang ingin diangkat oleh lawan politiknya itu, agar khalayak ramai tahu dan dapat memberi malu, itu intinya. Yah begitulah politik, sedikit masalah dapat memberikan dampak yang besar.

Usut punya usut ternyata cik Wahidah punya rencana untuk maju dalam pertarungan memperebutkan tampuk kekuasaan di distrik kami 2012 nanti, sebagai orang nomor dua setelah Pak cik Badri, mantan penguasa distrik era 90-an. Cik Wahidah sendiri adalah istri mantan penguasa distrik terakhir sebelum tergantikan oleh pesaingnya saat ini.

Dan kang Agus mengulas cerita seputar perputaran posisi penting di pemerintahan yang terjadi baru-baru ini, beliau kecewa karena tidak termasuk di dalamnya, secara tersirat begitulah kiranya. Banyak faktor yang disebutkan beliau sebagai penyebabnya, penguasa distrik yang berpikiran sempit, takut posisinya goyah dan banyak lagi lainnya. Padahal waktu baru-baru pergantian penguasa beliau getol sekali mencari muka, jabatan beliau waktu itu memungkinkan untuk berbuat demikian. Tapi rupanya sang penguasa sudah tahu lagak lagunya kang Agus yang bermuka dua, jadilah beliau terdepak dari posisi strategisnya dan menempati posisi baru yang kurang beliau harapkan.

Itu baru awalnya kekecewaan kang Agus bermula, ketidak cocokan dengan atasan di tempat kerja barunya adalah masalah yang baru lagi, banyak lagi hingga yang terakhir adalah saat ini ketika beliau tidak masuk bursa pencalonan perputaran jabatan yang baru. Akumulasi dari itu semua yang akhirnya menempatkan beliau pada kondisi malam ini.

Celakanya aku juga berada pada kondisi yang hampir sama dengan kang Agus, tidak masuk dalam bursa perputaran jabatan baru-baru ini. Tapi bukannya kecewa, justru hal itulah yang kuinginkan terjadi pada diriku, setidaknya untuk saat ini. Dan kang Agus tidak menyadarinya sehingga dia pikir sama halnya dengan dirinya, akupun kecewa. Dan dengan dasar itulah dia memanggilku malam ini, memintaku untuk bersama beliau mendukung lancarnya usaha Pak cik Badri dan cik Wahidah untuk maju dalam perebutan tampuk kekuasaan nomor satu di distrik kami dua tahun mendatang.

Hhhhhhhhhhh.........,

Ternyata kang Agus pun sekarang sudah terkena virus politik, lalu apa-apa sekarang berbumbu politik, bahkan hubungan senior yunior pun terkena imbasnya. Dan yang menggelikan lagi untuk mengatakan hal yang sederhana saja harus njelimet dan berbelit-belit demi untuk politikisme yang dianutnya.

Hhhhhhhhhhhhhh.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun