"Jika memang tanah ini adalah tanah Tuhan, biarlah Dia mengatur tanah ini sesuka hati-Nya"
(Balian van Ibelin)
Dan Yerusalem pun resmi diserahkan ke dalam kekuasaan Saladdin (Salahuddin al-Ayyubi), setelah Balian dari Ibelin tidak lagi sanggup mempertahankan kota itu dari kepungan ribuan serdadu Saladdin. Penyerahan ini bukan tanpa syarat, sebab Balian telah terlebih dahulu mengancam akan menghancurkan setiap inci Kota Suci itu, jika Saladdin bersih keras untuk terus menggempur.
Saladdin, sang pemimpin pasukan Muslim, dengan terbuka menerima tawaran Balian, dan memberi jaminan keselamatan bagi semua penduduk Yerusalem yang akan mengungsi keluar dari kota itu. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengawal rombongan pengungsi itu sampai ke kota-kota yang masih dikuasai orang Kristen. Yerusalem kini resmi dikuasai Saladdin, sang panglima pasukan Muslim.
Bertahun-tahun sebelum hari itu, ketika Balian masih menjadi seorang pandai besi jauh di Eropa, Saladdin pernah menderita kekalahan telak dari Baldwin IV. Sebuah kemenangan bersejarah bagi Baldwin IV sebab ia mengalahkan Saladdin ketika usianya masih amat muda. Kemenangan yang semakin meneguhkan kekuasaannya atas Yerusalem, sehingga ia menyebut dirinya sebagai Yerusalem, I am Jerusalem.
Selama berkuasa, Baldwin IV berhasil menjaga perdamaian dengan  saling menghormati batas-batas wilayah yang telah ditetapkan antara kaum Kristen dan pasukan Muslim. Hubungannya dengan Saladdin pun seolah bukan lagi sebuah hubungan permusuhan, tetapi lebih menyerupai hubungan persaudaraan yang terjalin di antara dua penguasa yang sama-sama menjunjung perdamaian dan ingin menghindari pertumpahan darah sia-sia.
Bahkan ketika Baldwin IV terkena penyakit lepra, Saladdin mengutus tabib-tabib terbaiknya untuk memberi pengobatan agar Baldwin bisa sembuh. Tidak ada tanda-tanda mereka saling membenci secara pribadi, apalagi memainkan cara-cara curang untuk saling menghabisi.
Keadaan berubah ketika kondisi Baldwin makin parah. Ia tidak mampu mengendalikan secara langsung para baron dan raja-raja Kristen yang berada di bawahnya. Satu-satunya hal yang bisa ia andalkan ialah kharismanya sebagai pemimpin dan hubungan baiknya dengan Saladdin, sehingga peperangan besar tidak meletus selama sisa waktu hidupnya. Baldwin kemudian meninggal akibat lepra, dan takhta Yerusalem jatuh ke tangan Guy de Lusignan, suami Sybilla, adik perempuan Baldwin.
Guy digambarkan sebagai penguasa yang berusaha membuktikan kepantasan dirinya dengan cara mengobarkan perang terhadap Saladdin. Itu sebabnay tidak lama setelah Guy menduduki takhta, meletuslah pertempuran antara pasukan Kristen dan pasukan Muslim. Perdamaian hanyalah cerita masa lalu, karena para ksatria Eropa masing-masing ingin membuktikan kemampuan bertempurnya, dan berambisi mengalahkan pasukan Saladdin.
Peperangan itu berakhir dengan kemenangan Saladdin. Ia berhasil menawan Guy de Lusignan dan Reinald de Chatillon, dua pemimpin yang sama-sama berambisi besar tetapi tanpa perhitungan dalam menjalankan taktik pertempuran. Ketidakcakapan menerapkan taktik pertempuran membuat keduanya membawa pasukan dalam jumlah besar bergerak menjauh dari sumber air.Â
Sebaliknya, Saladdin menjaga kebugaran pasukannya dengan selalu bergerak dari satu sumber air ke sumber air lainnya. Pasukan Kristen yang didera kelelahan ditumpas habis oleh pasukan Saladdin dalam Perang Sattin, dan makin mudahlah gerak pasukan Saladdin mendekati dan mengepung Yerusalem.