Mohon tunggu...
Gusty Fahik
Gusty Fahik Mohon Tunggu... Administrasi - Ayah dan pekerja. Menulis untuk tetap melangkah.

I'm not who I am I'm who I am not (Sartre)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Api di Niki Niki (2)

1 Februari 2019   14:55 Diperbarui: 1 Februari 2019   15:30 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Niki Niki api berkobar,
pada bulan kesepuluh penanggalan Masehi 1910

Raja yang tak membuka pintu pada moncong bedil dan titah kompeni
kini dirajam dengan api dan panas yang laknat

lalu kisah-kisah, seperti sejarah
lahir dari kobar api dan sisa debu istana yang hangus

Tapi sejumlah kabar tersiar,
jauh sebelum lidah maut melumat istana
sang raja telah dihanguskan cemburu
oleh selir yang dirampas prajurit berambut jagung 

Tiada kekuasaan yang abadi, tuanku
bahkan cinta adalah seperti perang
tak selalu menyisakan kehormatan
bagi  mereka yang terlanjur kalah

(Koe, 18-19)

Gusty Fahik, Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT (KampungNTT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun