[caption caption="Dual cam P9, huawei.com"][/caption]Peluncuran flagship terbaru Huawei cukup menghebohkan, tidak tanggung-tanggung Huawei berani menggandeng Leitz Camera sebagai pembuat lensa pada P9.
[caption caption="SUMMARIT H 1:2.2/27 ASPH, sumber: Huawei.com"]
[caption caption="SUMMARIT Manual Lens, Sumber: leica-camera.com"]
Itu baru lensa, kalo semua pabrikan handphone mau jujur, sensor yang mereka gunakan selama yang saya tau hanya ada dua Sony dan Toshiba, Sony dengan keluarga Exmor/R/RS mereka (list camera phone sensor sony exmor), dan Toshiba dengan BSI dan PDAF sensor.
Makanya agak heran jikalau melihat pada medsos, ada yang sampe berantem gara-gara mengklaim kamera ponsel mereka lebih baik dari lainnya. Apakah saya sok tau, jika penasaran dengan sensor camera pada smartphone kita, bisa menggunakan aplikasi AIDA 64, setelah mengunduh dan di gunakan, bisa dilihat pada bagian device.
[caption caption="Untuk melihat jeroan ponsel pintar kita"]
[caption caption="Kamera saku dengan lensa Carl Zeiss"]
[caption caption="Lensa CZ, milik dedengkot Kampret, OmBag"]
Kembali kepada flagship Huawei terbaru P9 disana terbenam dua camera belakang sebenarnya bukan barang yang baru, HTC pada tahun 2011 telah memperkenalkan konsep dua camera belakang pada ponsel mereka yaitu, HTC Evo 3D.
[caption caption="HTC Evo 3D, Sumber: techradar.com"]
Sebagai gambaran bagaimana parallax error ini, letakkan jari di depan muka kita, tanpa mengubah posisi jari, kepala kita gerakan ke kiri dan ke kanan, lihatlah jari dengan posisi kepala menghadap kanan dan kiri apakah berubah terhadap latar belakang, sekarang bayangkan ketika kepala menghadap ke kanan dan ketika kepala ke kiri kemudian terekam dalam satu jepretan, hasil foto tangan akan saling overlap. Jadi sangat beda dengan konsep 3D yang kita ketahui sekarang. Seperti 3D effect yang biasa kita lihat di layar bioskop.
[caption caption="3D Effect"]
[caption caption="3D VR"]
[caption caption="Prinsip dual cam Huawei P9"]
Sementara kamera kedua tidak menggunakan bayer filter, berarti sensor foto adalah monochrome, hanya menangkap cahaya dan menterjemahkan dalam hitam dan putih. Karena hanya monokrom, sensor ini lebih peka 300 persen dari kamera saudara disampingnya. Selanjutnya SOOC Kirin-lah yang bekerja mengolah algoritmanya.
Keuntungannya sangat jelas seperti yang sudah disebutkan diatas, kita bisa mendapatkan hasil yang bersih pada kondisi kurang cahaya, dan terbebas dari noise. Penggabungan dua foto ini mirip pada konsep pureview, bedanya pada pureview menggunakan layer algoritma.
Jika kita terbiasa mengedit pada media rekam baik bergerak ataupun gambar diam. Pemaksimalan hasil akhir dengan menambahkan adjustment layer Level juga sama dengan logika yang dipakai pada konsep dual camera ini. Foto yang underexposure bisa tertolong dengan adjustment layer LEVEL, tanpa membuat noise.
[caption caption="penyesuaian dengan adjustment layer level"]
Namun kesemuanya itu diciptakan hanya untuk menjaga agar ponsel tetap bisa tipis, tanpa memperbesar penampang sensor, yang berarti menambah rumit dan besar susunan elemen lensa. Ketika teknologi tentang prosesor, display, RAM, serta OS agak melambat, inovasi terbaru dari kamera lah penyelamat market share mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H