Mohon tunggu...
Gevira Azizah Az Zahra
Gevira Azizah Az Zahra Mohon Tunggu... Freelancer - Follow Your Dream

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teks Kritik "Laskar Pelangi"

10 Maret 2021   20:39 Diperbarui: 10 Maret 2021   21:17 5132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Di Indonesia masih banyak daerah yang masih belum terjamin akan pendidikannya. Seperti kurangnya fasilitas maupun orang yang bisa mengajar ke daerah daerah tertentu.

Seperti halnya cerita yang di suguhkan dalam Film Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi adalah bagian pertama dari tetralogi oleh Andrea Hirata berdasarkan pengalaman hidupnya. Walaupun termasuk autobiografi, tetapi Andrea Hirata menggunakan nama fiksi dalam ceritanya.

Menceritakan tentang 10 anak yang bersekolah di sebuah pondok sekolah dasar, di Belitong. Bersetting pada tahun 1970-an, Ikal adalah seorang siswa di sekolah desa termiskin di pulau Belitong Indonesia. Di sana, jika kita lulus dari kelas 6 SD, itu sudah dianggap sebagai pencapaian yang luar biasa. Karena sekolahnya selalu berada di bawah ancaman penutupan. Ikal dan teman-temannya dijuluki sebagai Laskar Pelangi. Mengapa? Karena mereka menghadapi ancaman dari segala sudut. Mulai dari pejabat pemerintah yang skeptis, perusahaan yang serakah, kemiskinan, infrastruktur yang hancur, dan kepercayaan diri mereka yang rendah.

Mereka, Laskar Pelangi, nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya.

Terdapat berbagai macam nilai kehidupan yang terkandung dalam film ini. Nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh sang penulis. Seperti nilai sosial, nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai perilaku apa yang dianggap baik dan perilaku apa yang dianggap buruk oleh masyarakat tersebut. 

Tidak hanya itu, film ini juga menonjolkan banyak amanat mengenai kehidupan sosial, budaya, dan pendidikan di Pulau Belitong. Film ini juga berhasil memperlihatkan keindahan Pulau Belitong kepada para penonton. Dengan memaparkan alur dengan sangat rapi dan natural yang memperlihatkan kepolosan 10 anak laskar pelangi membuat ceritanya sangat bagus disertai dengan natural nya. Namun, masih terdapat kekurangan dalam menyelesaikan alur tersebut. Dimana pada film tersebut, banyak adegan yang ada pada novelnya yang tidak ditayangkan dalam filmnya. Dan para penonton dibuat penasaran pada akhir kisah 10 anak dalam Film Laskar Pelangi tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun