Mohon tunggu...
Penulis Mahan
Penulis Mahan Mohon Tunggu... Jurnalis

Saya adalah penulis berita yang berdedikasi dengan fokus pada penyampaian informasi yang akurat dan terpercaya. Dengan pengalaman lebih dari 5 tahun di industri jurnalisme, saya telah meliput berbagai topik mulai dari berita lokal hingga isu-isu global. Keahlian saya terletak pada riset mendalam dan kemampuan menulis yang jelas dan ringkas, memastikan bahwa pembaca mendapatkan informasi yang relevan dan up-to-date. Saya berkomitmen untuk menjaga integritas jurnalistik dan memberikan perspektif yang berimbang dalam setiap laporan. Selain itu, saya aktif dalam Membuat "berita multimedia," "investigasi mendalam," atau "reportase langsung"], yang membantu saya tetap di garis depan perkembangan berita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Murai Black Shama: Nyanyian Terakhir dari Hutan Tropis

16 September 2024   12:09 Diperbarui: 16 September 2024   12:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi

Di tengah hutan tropis yang lebat, terdapat sebuah simfoni alam yang menawan, yang dibawakan oleh seorang maestro bersayap hitam, Murai Black Shama. Namun, nyanyian mereka kini terancam menjadi kenangan. Gevan Naufal Wala, S.H., seorang pemerhati lingkungan dan konservasi satwa, membagikan pandangannya tentang pentingnya upaya kita untuk melestarikan keajaiban alam ini.

Murai Black Shama, dengan nama ilmiah Copsychus cebuensis, adalah burung endemik yang berasal dari hutan-hutan tropis di Filipina. Mereka dikenal karena bulu hitam mengkilap dan suara kicauan yang merdu, yang sering kali dianggap sebagai salah satu suara terindah di antara semua burung penyanyi.

Sayangnya, keindahan ini tidak luput dari ancaman. Murai Black Shama saat ini terdaftar sebagai spesies yang rentan oleh IUCN Red List, dengan populasi yang terus menurun akibat perburuan dan kehilangan habitat. Kehilangan mereka dari hutan tropis bukan hanya kehilangan sebuah spesies, tetapi juga kehilangan bagian dari musik alam yang telah bermain selama ribuan tahun.

Pemerintah dan organisasi konservasi telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi Murai Black Shama. Kebijakan ini termasuk penetapan kawasan konservasi, penegakan hukum terhadap perburuan ilegal, dan program pemulihan habitat. Namun, upaya ini membutuhkan dukungan dan kesadaran global untuk benar-benar efektif.

Menurut Gevan Naufal Wala, S.H., "Murai Black Shama bukan hanya simbol keindahan alam, tetapi juga indikator kesehatan lingkungan kita. Kita harus mengambil tindakan segera untuk melindungi mereka, yang pada gilirannya melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem yang lebih luas".

Murai Black Shama adalah lebih dari sekadar burung; mereka adalah bagian dari warisan alam yang tak ternilai. Melalui blog ini, kita diajak untuk mendengarkan nyanyian mereka, menghargai keberadaan mereka, dan berkomitmen untuk melindungi mereka. Mari kita bersama-sama menyuarakan kebutuhan untuk melestarikan Murai Black Shama, agar nyanyian mereka tidak menjadi kenangan terakhir dari hutan tropis yang kita cintai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun