Mohon tunggu...
Barada Kuda
Barada Kuda Mohon Tunggu... -

Gak boleh acuh tak acuh

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dukungan Semakin Membanjir, "Sebelah" Semakin Khawatir!

13 Maret 2017   19:01 Diperbarui: 14 Maret 2017   04:00 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.suara.com/news/2017/03/08/135416/mengharukan-dari-kalbar-ke-dki-demi-anies-menginap-di-condet

Kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017 semakin memanas. Banyak strategi dan serangan terjadi untuk menegasikan calon tertentu sebagai calon yang “sadis”. Pertarungan semakin jelas untuk memenangkan jagoan masing-masing. Pasangan Anies-Sandi pun tak luput dari serangan yang membabi buta, terutama secara “sarkas” dikatakan sebagai dalang dibalik penyebaran berbagai poster dan baliho anti orang munafik di masjid-masjid.

Entah kenapa, akhir-akhir ini memaknai toleransi dan intoleransi, kebhinekaan, dan demokrasi menjadi klaim satu pihak hanya karena mendukung calon yang berbeda agama, dan katanya bekerja. Selain itu, dianggap sebagai anti demokrasi, anti kebhinnekaan, dan anti persatuan. Hal tersebut kemudian dianggap sebagai manifestasi demokrasi yang membanggakan, padahal sesungguhnya hanya nada sumir untuk kepentingan politik tertentu.

Namun, dilain pihak, kita bisa melihat sebuah fenomena tentang dukungan kepada Anies-Sandi yang tiap hari semakin mengalir. Dukungan yang sejatinya dukunga, tidak hanya sekedar ramai, apalagi bayaran. Dukungan, terutama dari umat Islam yang awalnya memilih paslon muslim lain, kini mulai berdatangan. Alasan memilih karena agama, sama sekali tak ada halangan dan larangan, apalagi haram, dalam negara demokrasi seperti negara tercinta ini. Tidak bisa kemudian ada nada-nada “gila” yang beranggapan, bahwa memilih pemimpin berdasarkan agama, akan mencederai demokrasi dan persatuan! Tidak bisa!

Dukungan itu mengalir, mulai dari DPW salah satu pertai yang awalnya berada di kubu sebelah, deklarasi dukungan dari relawan kubu sebelah, dukungan dari kelompok dan ormas-ormas yang mempunyai kesamaan platform,termasuk dukungan dari organisasi-organisasi primordial yang banyak ditemui di Jakarta. Bahkan dukungan dari luar Jakarta ikut membanjiri. Kita bisa melihat bagaimana pada suatu ketika ada 150 orang Kalbar yang datang ke rumah Anies untuk memberikan dukungan dan doa. Meski tidak bisa memilih, tapi mereka punya keluarga, teman, dan saudara dari Kalbar yang mempunyai hak suara.

Tak hanya itu, dukungan dari luar daerah yang dibawa ke Jakarta juga menjadi fenomena unik dan menarik. seperti dukungan ulama Madura untuk Anies-Sandi, berwujud keputusan yang kemudian diinstruksikan kepada seluruh warga Madura yang ada di Jakarta dan mempunyai hak suara tentang anjuran untuk mendukung Anies-Sandi pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Ini tidak bisa dimaknai hanya sebagai dukungan politik semata, tapi lebih jauh dari itu, untuk kemenangan umat Islam secara umumnya. Apakah ini tidak Pancasilais dan Nasionalis? Jika ada yang mengiyakan, mungkin mereka perlu sesekali ngopi,tanpa sianida tentunya.

Sementara pada lain pihak, melihat persatuan dan penyatuan suara dari umat Islam, Ahok-Djarot dan pendukungnya mulai khawatir. Pada kondisi tertentu, mereka sadar akan kekelahannya –terutama dari dua releasesurvei terakhir, pasangan Anies-Sandi unggul jauh dibandingkan Ahok-Djarot. Jualan program, keberhasilan membangun, dan prestasi kerja menjadi tidak laku dijual untuk warga Jakarta. Akhirnya, mereka (yang mengaku demokratis, menjungjung Pancasila, dan sikapnya Nasionalis) mulai memainkan isu SARA juga.

Anies mulai dikulik ketika ia ternyata belum haji, pendukung Anies-Sandi dianggap sebagai perusak prinsip kebangsaan ketika dihadapkan dengan isu menolak orang munafik di Masjid-masjid, padahal ketika menyadari pergerakannya yang masif, sulit untuk memastikan apakah ini dimainkan oleh Anies-Sandi, atau justru didukung sepenuhnya oleh pasangan dan pendukung orang-orang sebelah yang sengaja untuk semakin memperkeruh suasana dan semakin menegasikan Anies-Sandi.

Ketika isu yang dimainkan semakin gencar, Anies-Sandi mendapatkan begitu banyak dukungan. Dukungan yang menunjukkan tentang kebersatuan dan penyatuan pilihan, menuju kemenangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun