Mohon tunggu...
Gatot   "Jendral" Subroto
Gatot "Jendral" Subroto Mohon Tunggu... lainnya -

Asisten Sutradara 1, Penulis, Penggemar Foto, Aktor (Coboy Junior The Movie 1 dan 2, Slank Ga Ada Matinya, Tak Kemal Maka Tak Sayang, 7 Misi Rahasia Sophie, 3 DARA, SKAKMAT, BEST FRIEND FOREVER - tayang 2016, PETAK UMPET MINAKO - tayang 2016) yang terus belajar untuk menulis dan berkarya untuk sesama.\r\n\r\nFB : dream_catcher2015@yahoo.com\r\nBlog : http://takketik.blogspot.com/\r\nTwitter : @gatot_winner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pelangi di Angkasa - Mahluk-mahluk Penjaga Pelangi

11 April 2015   12:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecahan short story dari on progress novel : Mahluk Mahluk Penjaga Pelangi, berkisah tentang masa kecil Lantika dan ayahnya, peneliti yang terobsesi dengan dunia di balik pelangi. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Mahluk Mahluk Penjaga Pelangi"][/caption]

PELANGI DI ANGKASA

" Di angkasa ada pelangi Pah ? ", tanya Lantika sambil memandangi sketsa pesawat ruang angkasa milik ayahnya. Sesekali ia menyibak poninya yang terus turun menutupi matanya. Foto foto bintang, galaksi dan pelangi milik ayahnya yang menempel di papan kayu, menarik minatnya. Ayahnya berhenti menggambar, menoleh ke arah putri kecilnya yang belakangan ini mulai jadi "miss serba ingin tahu". Ia pencet hidung putrinya, Lantika cemberut dan ngomel dengan suara bindeng, "Hiihh Fafaa. Lantifakan fuma fahnya afa.. (Iihh Papa, Lantikakan cuma nanya aja)". Gelak tawa Ayah terdengar keras di ruang kerjanya, apalagi Lantika segera pasang muka cemberut dan bersidekap. "Papa ketawanya mirip monster Gomi bermulut besar dari Planet Starovski!". "Monster mulut besar ?", ayah balik bertanya. "Iya, itu tuh, monster furball berwarna hijau dengan mulut besar, perut buncit cit dan bibir dower wer.. bibirnya merah marun run, mirip warna lipstik mama, kalo ketawa gini nih.. Huak Huak Huak Huak Huak..", Lantika memeragakan tawa monster itu, kedua tangannya memegangi pinggangnya yang ia condongkan ke depan mirip perut buncit bapak bapak. Tawa ayah semakin keras sampai-sampai keluar butiran air mata, putri sulungnya ini memang ekspresif kalo boleh dibilang setingkat lebih halus dari hiperaktif. "Sini.. sini Pikipoo.. ", naluri kebapakan Ayah mendorongnya untuk meletakkan segala pekerjaannya, obsesi ayah untuk mengejar dunia di balik pelangi adalah impiannya sejak kecil. Lantika tau itu, tapi ayahnya tak pernah menjelaskan padanya secara mendetail, kini ayahnya tampak tertarik untuk bercerita. "Hop", satu lompatan kecil dan Lantikapun telah duduk di pangkuan ayahnya. "Kamu uda makin berat sayang..", kata ayahnya sambil mengelus dan mengendus rambut Lantika. Pikipoo adalah panggilan sayang ayah pada Lantika sedangkan mengendus bau rambut Lantika atau Pikipoo merupakan kebiasaan yang disukai ayah. Ayah tau Lantika belum mandi pagi itu, tapi menurut ayah bau alami rambut pikipoo adalah menyenangkan, mengingatkan ayah pada bau rambut ibunya alias nenek dari Lantika. "Tadi Piki nanyain soal pelangi di angkasa ? Maksud Piki pelangi di langit yah ?", tanya ayah. Piki mengangguk. "Sebelum papa lanjutin, papa mau bilang kalo pelangi itu bukan hanya ada di angkasa ataupun langit, tapi juga ada disini..", telunjuk ayah menunjuk tepat ke arah bola mata Lantika, Lantika bingung. "Nanti pas Piki lagi sedih banget atau abis nangis terus terusan biasanya muncul pelangi.. Ga percaya ? Kalo Piki uda gede, Piki bakalan ngerti sendiri yang papa bilang ini. Nah, sekarang papa mau jelasin yah soal pelangi di langit, bentuknya semacam cincin Saturnus, posisinya menyeberangi galaksi dan.." Sekarang, mari kita tingalkan kedua Ayah-Anak itu yang asyik bercerita di ruang kerja sang ayah, membiarkan malam itu berlalu dalam kedekatan hati mereka. Itulah salah satu kenangan Lantika tentang ayahnya, kenangan yang membentuknya menjadi seorang "Pengejar Pelangi". Sebuah kisah baru saja dimulai, kisah yang menjelajahi dunia impian sang ayah dalam bingkai mata Lantika.. dan anda baru saja memulai bab pengantarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun