[caption id="" align="aligncenter" width="420" caption="Hati Sang Badut"][/caption] Di sebuah taman - pagi hari - Bangku taman menemani gadis kecil berponi dengan kunciran 2 ekor kuda. Gadis itu menangis tersedu-sedu, sesekali tangannya meremas lipatan rok tutunya. Usianya sekitar 10 tahun. Aku melihatnya saat berjalan melalui taman itu. Masih sejuk udara pagi itu, terlalu sejuk untuk dihinggapi tangisan kecil. Maka aku bertanya padanya. "Gadis kecil, mengapa kau menangis ?" Gadis itu masih menangis, dengan suara tak beraturan ia berkata, "Teman-temanku bilang wajahku buruk.. aku jelek.. mereka tak mau bermain denganku, padahal aku membawakan mereka mainan kesukaanku untuk bermain bersama.. tapi setiap kali kuhampiri, mereka berlari menjauh.." Aku mengangguk, memahami tuturnya dan duduk disebelahnya. 10 detik berlalu hening, gadis itu menoleh karena aku tetap diam. Kuperhatikan wajahnya yang memang dipenuhi bintik merah dan luka kering yang tersisa di pipinya, mungkin ia tergores sesuatu di masa lalunya. Sedikit terkaget, ia baru menyadari bahwa aku adalah seorang badut, lengkap dengan hidung bulat merah yang lebar dan riasan di wajah. Rambut palsuku yang kribo lebar bak pohon beringin, membuatku nampak lucu bila dibandingkan dengan ukuran wajahku yang kecil. Di genggaman tangan kiriku, ada beberapa balon berwarna warni. "Gadis kecil.. punya wajah buruk bukan berarti hatimu buruk... " Gadis itu sedikit terdiam. "Gadis kecil, hatimu baik.. kau ingin berbagi mainan kesukaanmu pada mereka.." Gadis kecil menyanggah, "Tapi mereka tak mau bermain denganku.." "Orang sepertimu tak perlu mencari mereka, tapi orang sepertimu akan dicari oleh orang yang mengerti kebaikan hatimu.." Gadis itu memperhatikanku yang berbicara dengan kedua tangan bergerak membentuk pola-pola tertentu. "Kebaikan hatimu seperti magnet, ia akan menarik orang lain yang dapat melihatnya.. Jangan sedih bila mereka mengatakan wajahmu buruk, justru bersedihlah bila hatimu yang buruk.. karena hati sebaik hatimu, sangat jarang sekali di dunia ini.." Ia tersenyum kecil. Dengan gerakan lucu, kusambut senyum itu dan ia tertawa. "Nahh.. itu tawa paling indah di dunia.. tawa yang lahir dari hatimu.. Jadi, jangan sedih lagi, tetap tebarkan kebaikan hatimu. Wajah yang indah akan jadi keriput termakan usia, tapi hati yang indah, bisa semakin indah.. dan itu yang akan kau bawa untuk selamanya.." Kukeluarkan sapu tanganku, gadis itu menyeka air matanya. "Om Badut.. aku selalu melihatmu di taman ini, kau selalu menghibur orang lain.. tapi aku tahu ada orang-orang yang mengejekmu.. tapi kau tak peduli, kau terus menghibur orang-orang di sekitarmu.. tentulah hatimu sangat baik". "Menurutmu ?" Gadis itu berdiri dan tersenyum.. "Kau orang baik.. terima kasih Om Badut, aku tidak bersedih lagi.. kini aku tahu, aku punya sesuatu yang lebih baik dari sekedar wajah yang indah.. " "Kita berkawan ?" Kami berdua mendekatkan tangan, aku mengepal tanganku dan menjulurkan kelingkingku, ia menirunya. Kedua kelingking kami bertemu dan bertaut, seiring senyuman kami saling bersapa. "Terima kasih Om Badut.." Ia lambaikan tangannya dan berlari, membawa 2 boneka kecil di tangannya. Akupun segera berdiri. "Jangan lupa, bawa terus kebaikan hatimu yah.. " teriakku pelan sambil memperhatikannya. Ahh, dari jauh kulihat ia mendekati seorang gadis kecil lainnya yang sedang bermain sendiri di gundukan pasir, ia tawarkan bonekanya. Tak lama kemudian, mereka mulai bermain bersama. Senyumku nampak merekah setengah, karena setengahnya lagi tertutupi topeng yang menutupi setengah wajahku. Kulepas topeng itu.. nampak setengah wajahku yang rusak parah, bagian kulit wajahnya seperti melepuh dan berlubang kecil ditaburi guratan-guratan pendek, cukup buruk untuk ukuran manusia. "Jadi apa itu hati yang baik ?" Sebuah suara dari belakangku, bertanya lembut. Aku terpaku kaget. Buru-buru kupakaikan topeng itu ke wajahku. "Hati yang baik tak perlu ditutupi.." Aku berhenti memakaikan topeng itu ke wajahku. "Jadi apa itu hati yang baik ?", tanyanya lagi. Aku menoleh perlahan. Kulihat ia, wanita yang pernah kucintai, wanita yang pernah kuselamatkan 3 tahun lalu, wanita yang pernah kutinggalkan setelah peristiwa celaka itu. Usianya tak jauh berbeda denganku. Berdiri manis di depanku, memakai rok panjang dan kemeja biru berbahan lembut, lengkap dengan topi bundar putihnya. Ia mengamati bagian wajahku yang rusak, sebuah nafas panjang ditariknya dan dihembuskannya. "Apa itu hati yang baik ?", tanyanya. Aku hanya diam.. menggeleng pelan sambil tertunduk malu, kelu menutup bibirku. Topeng masih kupegang Ia berjalan dekat dan memelukku.. "Terima kasih.." - Pagi di taman - celoteh riang anak-anak di kejauhan, membiarkan sepi mengelilingi kami, tanpa kata, tanpa nada, tanpa suara.. hanya ada, kebaikan hati yang mengalir. (Yohanes Gatot Subroto, 7 Feb 2015 - Menyambut Valentine) FEEL FREE TO SHARE..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H