[caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="MUSAFIR"][/caption]
JIWA SANG MUSAFIR
Syahdan.. seorang Sultan yang bergelimang harta bukan saja emas dan permata, tetapi juga intan milik Raja Sulaiman, nilam dari Meteorit jaman Paleotikum, pualam yang konon dari bekas taman gantung Babilonia dan berbagai bagai harta unik lainnya, seolah hanya dia dan Tuhan saja yang memilikinya. Begitu limpah dan nikmat hidup dunianya, hingga siang dan malam ia sangat menggemari tinggal dan berjalan-jalan di istananya. Pun tak dilihatnya kemurungan, karena hari-harinya diisi dengan hati yang selalu berpesta dan berpesta. Para penari perut yang bohai nerkom, anggur dan daging bakar berlimpah, musik bernada mistis nan menghipnotis serta berbagai acara bombastis lainnya. All night long.. Yeahhh... *Dan selalu ditutup dengan... pesta kembang api. Hingga hari itupun tiba.. Penjaga pintu gerbang berlari tergopoh-gopoh, crossbow di pinggangnya terjatuh. Keringat sebesar butiran jagung bermunculan di dahi dan jidatnya, persis seperti seorang yang habis melihat hantu dari Hutan Gibraltar, tempat bagi jiwa-jiwa yang terbunuh semasa Perang Lebur Bumi, perang besar disaat kesultanan masih dipimpin kakek buyut Sang Sultan. Kembali ke penjaga itu, wajahnya biru pucat, mulutnya kelu, kedua tangan gemetar seirama deretan giginya yang bergemeretak, kecuali bagian kiri atas giginya yang ompong setengah. Selebihnya, kita dapat melihat betapa ketakutannya dia, berlutut menyembah di depan sultan "Se.. Se.. Sega.. Segala.. Pu..Pu.. Pu.. Puji ! Hor.. Hor .. Hormat.. Yah... Tu..Tu.. Tuanku Sul.." "Ssshhtt.. ", Sultan mengangkat telunjuk tangannya, si penjaga paham "kode sandi" itu. Segera ia merunduk membenamkan kepalanya di antara kedua lengan perkasanya. Kemudian Sultan membalik telapan tangannya, mempersilahkan sang panjaga berbicara. "Tuan, di depan gerbang, ada seorang pria asing mendekat.. ia telah kami larang mendekati gerbang, tapi ia malah terus berlari. Begitu cekatan larinya sampai-sampai puluhan panah kami berhasil dilewatinya sambil meliuk-liuk kesana kemari. Lebih anehnya lagi, pria asing itu tiba-tiba bisa masuk menembus pintu gerbang dengan tubuh jasmaninya.. adikodrati ! ". Mata Sultan terbuka.. ia mengangkat bahunya, ada yang memikat pikirannya kala itu. "Pasukan berpedang dan para pemanah langsung mencegatnya. Hambapun segera bertanya siapa namanya. Ia tak menjawab, hanya mengeluarkan pisau kecilnya lalu menggoreskan sebuah kata di pintu gerbang, yaitu.. " Mata Sultan kian menajam, persis tatapan patung Elang Jambul Merah (falco rusticolus) di samping kursi tahtanya. Ekspresinya seolah bertanya, "Apa yang ia tuliskan ?" "MUSAFIR".. TO BE CONTINUE.. Y.G.S ( 11-02-2015 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H