Mohon tunggu...
M.G. Marola
M.G. Marola Mohon Tunggu... -

Peneliti sosek & pelayanan publik, praktisi properti

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi, Mengapa Hanya Nasdem?

19 April 2014   05:24 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Walaupun dalam UUD dan turunannyatidak mengatur, tetapipresiden terpilih dipastikan berlatar belakang Suku Jawa dan beragama Islam. Syarat tak tertulis ini justru menentukan.Karena itu,  —Prabowo dan Jokowi—bersaing ketat.  Sementara, Aburizal Bakri tidak berlatar belakang Jawa tidak sedahsyat mereka. Ini bukan masalah ‘ras’ tetapirealitas pemilih.

Bukan hanya pemilih merdeka (=bukan pemilih fanatik) yang masih sedang mempertimbangkan pilihannya, partai-partaimasihsedang sibuk mempertimbangkan pilhan kolaisinya, dengan PDIP atau GERINDRA atau Golkar atau Kolaisi bentuk lain. Tentu pilhan koalisi identik dengan berbagai karakteristikCalon Presiden (Capres) dan Partainya.

Sebelum nama Jokowi yang “dipromo khusus” oleh berbagai lembaga survai, Prabowo selalu menempati elektabilitas tertinggi. Sementara itu,Jokowi hanya dikenal oleh PDIP saat itu. Namun berkat kerjasama PDIP-Gerindra manahtakan Jokowi menjadi Gubernur, Jokowi menjadi populis. Kerja Jokowiyang terkenal dengan ‘blusukan’ menjadi daya tarik dan namanya mulai dimasukkan sebagai salah satu nama yang “dipromo” sebagai Capres.Tiba-tiba tingkat elektabilitasnya mencengangkan dan menyalib Prabow. Begitu populernya, muncul anggapan bahwa siapapun dipasangkan dengannya,Jokowi pasti menang.

Setelah PIleg, trend tersebut tak mulus dan mungkin berubah haluan. Suara PDIP tidak seperti yang diprediksi, kurang dari 20%. Sosok Jokowi mulai dikelupas. Kompetensi, kemampuan, visi, dan kewibawaanya menjadi diskursus. Jika tidak terkelola dengan tepat, Jokowi akan tersalib kembali oleh Parbowo atau calon lainnya.

Hanya sedikit Magnet Jokowi dan PDIP menarik Partai Lain

Sedikit aneh, PDIP memiliki magnet yang sedikit walaupun keluar sebagai peraih suara tertinggi. Indikasinya, walaupun Jokowi langsung melakukan “Safari Politik” menemui beberapa pimpinan partai tetapi baru mampu meyakinkan Partai Nasdem. Tentu penyeba rendahnya magnet ini dipengaruhi olehJokowi dan PDIP sendiri.

Faktor Jokowi : (a) Jokowi ingin koalisi yang bukan bagi-bagi kursi menteri. Teori dan Faktanyapartai politik dibangun untuk kepentingan kekuasaan. (b) Jokowi sangat percaya dirisistem presidensial murni. Faktanya, multi partai makin tegas dengan tidak adanya Partai yang memilki kursi signifikan di parlemen. (c) Jokowi masih pelit/ragu menjelaskan visi dan misinya.Padahal, partai lain dan masyarakat perlu informasi langsung tentang Jokowi. (d) Jokowi belum memiliki rekam jejakmengurus institusi berskala nasional dan atau pergaulan internasional. (d) Terekspos pertemuan Jokowi dengan beberapa Dubes Asing di rumah seorangpengusaha (Yacob Sutoyo,telisik mediasangat dekat dengan CSIS). Hal ini bisa jarak dengan partai tertentu.

Faktor PDIP : (a) Keputusan PDIP ada ditanganMPP ( bukan Majelis Pertimbangan Partai, tapiMegawati, Puan, dan Prananda). Belum ada pertemuan MPP dengan partai lainnya. (b) Sempat terekspose ada friksi antara Jokowi dan Puan (waluapun belum tentu benar). Hal ini dianggap bahwa komunikasi Jokowi dengan partai lain tidak identik dengan PDIP.

Tentu, anggapan selalu mengandung unsur kebenaran atau ketidakbenaran relatif. Namun, yang pasti bahwa sampai saat ini,selain Nasdem,Jokowi/PDIP belum berhasil merangkul partai lain. Akankah PDIP dan Nasdem hanya jalan berdua dengan gagah berani?Akankah Jokowi tergempur oleh partai-partai lainnya.

Sementara itu, beberapa partai lain juga sedang menggagas koalisi. Gagasan koalisi Indonesia Raya mengemuka dengan corong Amin Rais. Gerindra sudah pasti dengan PPP.Golkar dipastikan koalisi Hanura. Arah partai demokrat belum dipastikan karena konvensi masih berlanjut. Untukmaju menjadi pasangan calon, dipastikan Gerindra belum memenuhi syarat. Karena itu Gerindra akan berupaya sedemikian untuk memenuhi syarat.

Selain PPP,  Apakah   PAN, PKB, PKS,   akan mendukung Prabowo ? Mungkin saja. Lalu  bagaimana dengan PD?  Belum ada yang pasti. Atau semua partai ini akan berada dalam  "Koalisi Indonesia Raya"? Entah??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun