Mohon tunggu...
M.G. Marola
M.G. Marola Mohon Tunggu... -

Peneliti sosek & pelayanan publik, praktisi properti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sesat Percaya Survei Pilpres

30 Juni 2014   20:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu survey di 33 provinsi dengan wilayah yang sangat luas, tentu memakan sumberdaya begitu besar. Terlepas siapa yang membiayai dan lembaga apa yang melakukannya, mari kita melihat sejenak, betapa sulitnya memilih sampel secara acak secara benar. Dengan dalih “multistage dan proporsional sampling”, tetap saja menjadi muncul banyak pertanyaan yang mengarah kepada kecurigaan. Margin error, secara relatif, hanya berhubungan erat dengan ukuran sampel.

Secara ilustratif, dengan DPT 188 juta. Bila sampel dipilih 1.950 (statistik menunjuk margin error +/-2,8%, dengan tingkat kepercayaan 95%. Ukuran sampel hanya 0,001%. Dengan proporsional di tingkat Provinsi, beberapa provinsi hanya diwakili jumlah sampel di bawah 10. Misalnya Sulbar ; 9 sampel, Gorontalo 8 sampel, Papua Barat 7 sampel. Tentu lebih kecil lagi dengan sampel yang lebih kecil

Kita bisa membayangkan betapa mahalnya memilih sampel secara benar dengan mengacak semua DPT di Papua Barat lalu tatap muka dengan 7 orang.Boleh jadi, lokasinya berbeda Kabupaten. He he antar desa saja begitu jauh. (Percayakah anda dengan 7 orang mewakili Papua Barat).

Contoh lain misalnya di Sulsel, dengan sampel 66 orang. Jika sampel diacak di tingkat Provinsi maka ketersebaran Kabupetan yang jumlahnya 20-an menjadi diragukan. Jika terlebih dahulu diacak kabupatennya, maka ada kabupaten yang tidak terwakili. Lalu jika proporsinal di tingkat kabupaten dan di acak, maka ada kabupaten yang hanya terwakili 2-3 orang sampel. (Singkatnya, percayakah anda dengan 66 sampel itu untuk DPT Sulsel?)

Jadi, benarlah bahwa survey di 33 Provinsimenunjukkan hasil yang sangar beragam, malah antara lembaga survey memiliki perbedaan yang tinggi adalah wajar. Mereka dibatasai SUMBERDAYA DAN KEPENTINGAN. Lalu, ketika Anies Baswedan dan juga Mahfud MD, tidak mempercayai hasil survey adalah benar. (#survey Pilpresberbeda quickqonut).

Memang, kadang kita percaya dengan “Hukum Bilangan Banyak”bisa menjelaskan rerata “miring kiri-miring kanan”.Sehingga kita fokus ke Jumlah besarnya, jumlah sampelnya yang memnuhi syarat “margin error”. Jumlah besarnya tentu memberi banyak informas.

Tapi, saya juga percaya bahwa“begitu banyak error” dalam survey. Saya percaya bahwa hasil Pilpres akan jauh berbeda dengan hasil survey lembaga apapun saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun