Mohon tunggu...
anton sb
anton sb Mohon Tunggu... Freelancer - biasa yang terbiasa

hanya bisa menuangkan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

"Selasa Wage" Cuti Bersama ala PKL Malioboro

30 September 2019   19:59 Diperbarui: 30 September 2019   20:08 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malioboro, kawasan wisata yang selalu padat oleh turis dalam negeri hingga luar negeri. Surga belanja pernak-pernik khas Yogyakarta, cinderamata, pakaian, hingga makanan khas yogyakarta yang tersaji di kawasan ini.

Sejak pagi hingga dini hari Malioboro seolah menawarkan pesona bagi para pengunjungnya. Pedagang yang menjajakan dagangan selalu menjadi pandangan yang tiada sepi di area ini. pedagang di toko hingga Pedagang kaki lima berjejer menawarkan barang jualan. Tawar-menawar harga menjadi ciri khas untuk membeli.

Namun, setiap selasa wage (kalender jawa) para pedagang di Kawasan Maliobor sejenak menyepi (libur) selama sehari. Selasa wage dipilih karena berdasarkan kalender jawa, hari pasaran adalah hari selasa wage yang jatuh setiap 35 hari sekali.

Selain itu selasa wageh dipilih karena pada hari tersebut merupakan hari lahir Sri Sulatan Hamengku Buwono X.

Transaksi jual-beli, lalu lalang kendaraan bermotor sejanak tak akan terlihat dari pukul 06.00WIB hingga Pukul 22.00 WIB. Tradisi baru yang dimulai sejak 2017 silam yang digagas oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.

Diawali dengan ronda pada malam sebelumnya dan kerja bakti massal yang dilakukan para pedagang yang biasa berjulan di kawasan Malioboro.

Aneka event/pertunjukan akan disajikan oleh Dinas Kebudayaan DIY yang berkerjasam dengan stakholder. Kirab budaya pun akan selalu meramikan event selasa wage ini.

Pertunjukan budaya, baik dari Dinas terkait maupun komunitas akan memanjakan mata para pengunjung menikmati kawasan Maliobor dengan cara yang berbeda.

Sunyi dari pedagang yang bisanya ramai, ramah bagi pejalan kaki karena kendaran bermotor tidak boleh melewati kawasa ini, akan menjadi lokasi semi pedestarian yang cocok untuk dinikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun