Ingat dengan karakter Lintang dan Mahar dalam Laskar Pelangi novel best seller karya Andrea Hirata? Mereka adalah kolaborasi lambang keseimbangan. Lintang dianugerahkan Tuhan terlahir pintar, mahir berhitung, pandai berbahasa, serta punya logika kuat pencipta konsepsi sehingga mampu mengemas konsep rumit secara runtut, sederhana, dan mengembangkannya dengan sudut pandang berbeda.Â
Mahar memiliki bakat besar pada seni. Ia lah seorang penyair, peka nada, pandai memainkan instrumen musik, sutradara pentas ulung, dan penghasil ide-ide kreatif. Lintang lebih berat otak kirinya, sedang Mahar lebih berat otak kanannya.Â
Dalam cerita, dua anak dengan potensi berbeda ini sama-sama giat mengelola bakatnya sehingga berprestasi gemilang di sekolah dengan cara masing-masing.
Saya tertarik membaca karakter Lintang dan Mahar yang dideskripsikan apik oleh Andrea Hirata dalam karyanya. Hingga kemudian ada satu konsep berharga yang saya analisa dan tuangkan dalam tulisan ini, mengenai bakat dan kompetensi.
Mengenal Bakat dan Kompetensi
Pada umumnya, bakat diartikan sebagai kemampuan dasar atau potensi bawaan sejak lahir terhadap bidang tertentu, bisa apa saja. America's Got Talent, rasanya adalah acara pencarian bakat terbesar di Amerika yang masih berlangsung hingga hari ini. Acara ini adalah ajang unjuk gigi bagi mereka yang berbakat dan punya keberanian untuk mempertontonkan bakatnya.Â
Ada yang menunjukkan bakat bernyanyi, memainkan alat musik, sulap, sirkus, memandu hewan, menari, akting, dan banyak lagi. Sayangnya karena ajang tersebut bertema seni pertunjukan, bakat seolah-olah dipersempit artinya sebagai kemampuan seni. Padahal terlahir seperti Lintang, itu pun bakat.
Jika dilatih, bakat akan menjadi kompetensi. Kompetensi itu satu tingkat di atas kebisaan, satu tingkat di atas kapabilitas. Kata lain dari kompetensi adalah kemampuan atau kemahiran. Hubungan antara bakat dan kompetensi kurang lebih tampak pada bagan berikut:
Sedangkan bakat terpendam ialah bakat yang tidak dilatih sehingga tidak diketahui sejauh mana tingkat kompetensinya, tidak ada karya yang dihasilkan sehingga tidak ada pengakuan apapun atas yang bakat yang terpendam itu.
Hal ini dapat terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja. Konon katanya, banyak orang di dunia ini yang sudah tahu bakatnya apa, tapi tidak mau ambil pusing, dihiraukan begitu saja. Ada juga sebagian orang yang menghabiskan seumur hidupnya tanpa menyadari bakat besar apa yang dipunya.Â