Saya akan ambilkan contoh lain dari bukunya Gladwell. Gladwell mengatakan bahwa kemampuan seseorang akan menjadi sangat runcing –bahkan seseorang dapat meraih sukses di bidangnya jika ia sudah berlatih selama 10.000 jam. Lalu disebutkan bahwa rahasia dibalik kesuksesan The Beatles adalah mereka sudah berlatih selama lebih dari 10.000 jam –kalau tidak salah, selama kurang lebih 13.000 jam.
Semakin sering seseorang melatih kemampuannya maka akan semakin ringan bahkan hilang beban dipundaknya disaat sedang melakukan keahliannya, apapun keahlian itu: mengajar, merawat pasien, mengoperasi, menjahit, memahat dan lain sebagainya, apapun itu. Usaha dan latihan takkan mengkhianati hasil.
Mungkin pada awal-awal latihan kita akan merasa sulit. Tentu, itu hal yang wajar. Bahkan pepatah mengatakan “If at first, you don’t success, you normal”. Mengapa bisa begitu? Kembali lagi ke hasil riset tadi, yaitu karena sel-sel dalam otak kita masih belum terbiasa untuk melakukannya.
Jika boleh saya gambarkan maka saya akan katakan bahwa didalam otak kita itu ada seorang insinyur dan para pekerja bangunan. Sang arsitek atau insinyur dalam otak kita bisa membaca, mempelajari bahkan menggambarkan ulang pola dari apa yang ingin kita tiru dari orang lain. Nah, pola atau skema yang sudah digambar tadi akan dipajang lebar-lebar di dinding otak agar bisa dilihat oleh para pekerja bangunan.
Tapi hal itu tidak lantas membuat para pekerja bangunan bergerak dan membangun bangunan tersebut dalam sekali lihat, tapi perlu ada latihan. Ketika seseorang melatih kemampuannya, maka para pekerja itu akan bergerak dan mulai membangun bangunan tersebut mulai dari pondasi yang paling bawah. Dan saat kita tidak sedang berlatih, saat itu juga para pekerja itu menganggur dan tidur sementara bangunannya belum selesai.
Hanya jika kita terus berlatih-berlatih dan berlatih, maka para pekerja tersebut akan terus dan terus bekerja tak kenal lelah membangun bangunan yang kita sebut dengan TALENTA dalam diri kita. Semakin sempurna bangunan itu, maka akan semakin bagus talenta seseorang.
Kemudian muncul pertanyaan. Bangunan seperti apa yang akan dibangun oleh para pekerja dalam otak kita? Apakah akan sama dengan bangunan yang ada pada otak orang lain? Tentu berbeda, tiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan tersebut terbangun oleh latar belakang serta pengalaman yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga walaupun sama-sama membangun bangunan talenta sepak bola, tentu akan ada perbedaan diantara keduanya. Inilah yang dinamakan dengan karakteristik dari talenta seseorang.
Ada banyak sekali pemain gitar yang hebat, tapi mungkin genre dan aliran musiknya berbeda. Bisa jadi aliran dan genrenya sama, tapi temponya berbeda. Bisa jadi temponya sama, tapi cara memadukan tonenya berbeda. Bisa jadi perpaduan tone serta ritmenya sama tapi cara menggenjrengnya berbeda. Keunikan kita membuat talenta kita tetap orisinal milik kita sendiri.
Nah, tapi deep practice itu sendiri menurut Coyle itu apa? Udah, ini aja dulu. Nanti lagi.
Alhamdulillah…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H