Perkembangan bahasa pada anak usia dini adalah sesuatu yang selalu menarik untuk dibicarakan, karna masih banyak fakta yang menunjukkan tentang keterlambatan perkembangan bahasa pada anak usia dini. Namun, banyak juga anak usia dini yang memperoleh perkembangan bahasa sesuai dengan ukurannya dan tidak menutup kemungkinan juga ada anak usia dini yang ternilai cepat dalam memperoleh perkembangan bahasanya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh bagaimana stimulasi yang diberikan oleh orang-orang yang ada disekitar anak tersebut. Dalam pemerolehan perkembangan bahasa tersebut, juga terdapat beberapa factor yang mendukung dan factor yang meghambat. Pertama, yaitu factor internal berupa gender, minat, gaya belajar, kepribadian, motivasi, kognisi dan IQ. Kedua, yaitu factor eksteral yang mecakup orang tua, teman, dan lingkungan sekitar (mah Afifah, 2018).
Menurut William Craim (Lubis, 2018) salah satu komponen dasar yang harus dicapai pada anak usia dini diantaranya adalah anak dapat berkomunikasi secara lisan, memperkaya bahasa dan mencontoh bentuk symbol sederhana. Melalui dunia pendidikan seorang anak dapat berkembang melalui tahap-tahap perkembangan terutama perkembangan kemampuan berkomunikasi dengan teman, atau pun berkomunikasi dengan orang dewasa. Untuk berkomunikasi diperlukan sebuah bahasa. Dengan bahasa setidaknya setiap orang akan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan aktivitas berfikir dan perasaannya yang dapat dipahami dan dimaknai bersama oleh orang yang mendengarnya. Anak belajar bhasa secara spontan.Â
Kepribadian seorang anak itu dibentuk di pendidikan anak usia dini, sehingga anak berhak mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah untuk mengfasilitasi dan memberi kebijakan, satuan pendidikan yang menyelenggarakan, guru sebagai pendidik serta fasilitas dan sarana prasarana yang akan membantu menstimulus perkembangan kepribadian yang baik pada anak usia dini (Suryana and Sakti, 2022).
Perkembangan bahasa pada anak merupakan tahap yang mendasar bagi perkembangan dalam kehidupan anak. Anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik maka akan memudahkannya untuk berinteraksi dengan orang lain disekitanya sehigga memudahkan anak ketika ia ingin meminta bantuan dan juga ketika ia ingin menyampaikan sebuah informasi karena kemampuan berbahasa dan berbicara yang baik. Perkembangan bahasa anak usia dini ditujukan pada mengembangkan perbendaharaan kala, kesanggupan menyampaikan pikiran kepada orang lain, keberanian anak untuk menyampaikan pendapatnya dan bagaimana anak menanggapi pembicaraan orang lain (Zubaidah, 2004). Vygotsky (Robingatin, 2019) mengatakan bahwa ada 3 tahapan dalam perkembangan bicara pada anak yang akan mempengaruhi perkembangan berpikir dengan bahasa diantaranya pertama, yaitu tahap eksternal yang merupakan suatu tahap berpikir menggunakan bahasa, dan bisa disebut juga dengan berbicara secara eksternal. Sumber berpikir anak berasal dari luar dirinya, terutama berasal dari orang yang lebih tua yang memberikan arahan kepada anak dengan cara tertentu, kedua adalah tahap egosentris yaitu tahap di mana pembicaraan orang yang lebih tua bukan menjadi pengaruh lagi. ketiga, tahap berbicara secara internal, pada hal ini anak-anak akan mulai menghayati proses berfikirnya secara mendalam.
Menurut Carl Gustav Jung (Sakinah, 2018) tipe kepribadian introvert ini lebih cenderung kepada sifat yang pendiam, tertutup, sulit mengungkapkan apa yang dia ketahui dan sering merasa tidak nyaman ketika berada di keramaian. Jung juga mengatakan bahwa tipe kepribadian introvert ini juga cenderung bersifat privasi dan tidak mudah terbuka dengan orang lain. Factor yang mempengaruhi terbentuknya kepribadian introvert pada anak usia dini bisa jadi dari factor genetis, factor lingkungan dan juga factor traumatic yang mungkin pernah anak alami sehingga anak menjadi introver sedangkan Seorang yang ekstrovert itu mendapatkan stimulan dari luar atau lingkungan sekitarnya bukan dari dirinya. Orang yang ekstrovert itu memiliki kemampuan untuk menyatu dengan ligkungan disekitarnya. Orang yang memiliki tipe kepibadian ekstrovert ini biasanya cenderung memiliki sifat yang ceria, mudah bergaul, aktif dan mudah untuk bercerita panjang lebar dengan orang disekitarnya. Orag yang ekstrovert juga memiliki sifat yang berani dalam mengambil resiko dan melakukan hal tanpa berfikir kedepannya dahulu (Hidayat, 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H