Mohon tunggu...
Gessy Frischa Oktavia
Gessy Frischa Oktavia Mohon Tunggu... Guru - CGP Angkatan II

Menulis berkaitan dengan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembinaan Potensi Kepemimpinan Siswa Melalui Cooverative Learning sebagai Wujud Nilai dan Peran Guru Penggerak

12 Juni 2021   01:30 Diperbarui: 12 Juni 2021   02:16 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LATAR BELAKANG

Guru Penggerak adalah suatu program pelatihan, identifikasi, atau pembibitan calon pemimpin-pemimpin pendidikan Indonesia di masa depan. Pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara yang dijadikan filosofi untuk perubahan pendidikan yang lebih memerdekakan siswa dalam belajar, harus menjadi pedoman seorang Guru penggerak untuk menjalankan nilai dan perannya dalam mendidik. Pendidikan sebagai wadah persemaian benih-benih kebudayaan bagi suatu generasi telah menjadi pedoman guru untuk mampu mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik melalui pengalaman belajar yang bermakna, sehingga kelak memampukan mencetak pemimpin masa depan yang bermartabat dan berprofil Pancasila.

Berdasarkan kenyataannya dilapangan, proses pembelajaran dikelas masih berfokus kepada transfer knowledge (memberi pengetahuan/kognitif) saja, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi kaku dan stagnan. Pembelajaran masih banyak yang berpola konvensional memusatkan pada pencapaian kurikulum yang sempurna dan berpusat pada Guru. Fenomena yang masih sering terjadi pada pendidikan Indonesia telah banyak menghasilkan siswa yang hanya berkompeten secara kognitif saja, padahal untuk mewujudkan suatu merdeka belajar pembelajaran haruslah berfokus pada pembentukan kepemimpinan bagi siswa. Perkembangan zaman menuntut segala perubahan dengan sangat cepat, transformasi pendidikan memang pada akhirnya harus merujuk kepada generasi yang memiliki potensi kepemimpinan yang mumpuni  yang bisa bermanfaat ditengah kehidupan social, berbangsa dan bernegara.

Usaha peningkatan prestasi siswa tidak terlepas dari faktor penting seorang guru yang menciptakan kondisi kondusif dan menyenangkan dengan berbagai ragam aktivitas pembelajaran yang bermakna sesuai kodrat alamiah anak dan sesuai kebutuhan kodrat zamannya. Oleh karena itu, dalam penerapan aksi nyata ini, penulis menerapkan Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) sebagai salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan focus keberpihakan pada murid dalam membina potensi siswa dalam memimpin pembelajaran.

Deskripsi Aksi Nyata        

 

Penggambaran aksi nyata ini adalah perwujudan pelaksanaan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak dalam membina bakat dan potensi siswa secara menyeluruh agar terciptanya kepemimpinan siswa dalam suatu rangkaian merdeka belajar. Fenomena pendidikan yang terjadi saat ini haruslah memantik kesadaran pendidik untuk melakukan transformasi dalam memberikan aktivitas pembelajaran yang bermakna dan mewakili keragaman potensi peserta didik. Segala kegiatan pembelajaran haruslah memenuhi kebutuhan siswa seutuhnya baik kodrat alam dan zamannya sehingga kelak bisa mencetak generasi emas yang memiliki keterampilan dalam memimpin dan berprofil Pancasila. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif) dihadirkan dalam penerapan aksi nyata ini sebagai salah satu cara pembinaan siswa dalam menggali potensi kepemimpinan mereka dalam belajar. Menurut Robert and Van Sickle(2005) terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Falsafah pembelajaran kooperatif adalah "homo homini socius" yang menekankan manusia adalah mahluk social. Pembelajaran ini dipilih sebagai suatu model karena merupakan bentuk pembelajaran konstruktivisme yang membelajarkan siswa secara proaktif membangun sendiri pengetahuan yang dipelajarinya sekaligus mengasah keterampilan memimpin dalam kolaborasi kelompok dalam menyelesaikan tugas. Siswa dibina melalui aktivitas kerja sama, menjadi mentor sebaya satu sama lain siswa, mempresentasikan pemahaman sendiri dan kelompok, dan memberikan penghargaan satu sama lain siswa.

 

 

1) TUJUAN

- Dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang dipilih

- Dapat membina rasa gotong royong (kolaborasi), kepemimpinan, dan tanggung jawab individu dan kelompok.

- Dapat mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam kerja sama dan kepemimpinan

2) TOLOK UKUR

Mewujudkan profil pelajar siswa yang terampil memimpin, berkomunikasi, berkolaborasi dan bertoleransi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
3)  TINDAKAN YANG  DILAKUKAN

Langkah-langkah yang saya lakukan antara lain:

Mengkomunikasikan program aksi nyata ini  dengan Kepala sekolah, Penyampaian program aksi nyata kepada teman sejawat dan berdiskusi tentang kolaborasi yang dilakukan guru dengan orang tua siswa mengenai pengawasan  tugas belajar dan pembiasaan-pembiasaan baik yang dilakukan oleh siswa di rumah.

Memberikan pengarahan tahapan pembelajaran dengan cooperative learning (pembelajaran kooperatif) antara lain: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, guru menyampaikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dibahas, Membentuk kelompok belajar, guru membimbing siswa dalam berproses, mempresentasikan hasil kerja, memberi penghargaan terhadap hasil kerja siswa.

Hasil Aksi Nyata

Hasil yang didapat dari aksi nyata yang saya lakukan siswa terlihat senang karena dapat bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Siswa terasah keterampilan memimpinnya, dalam proses pengerjaan tampak siswa antusias dengan peran masing-masing didalam kelompok. Siswa menjadi lebih berani terbuka pada diri karena kepercayaan diri dan ruang diberikan untuk berkembang. Pemberlakuan tutor sebaya pun sangat membantu siswa dalam berkembang, menumbuhkan kepercayaan diri lebih dalam mengekspresikan pemahaman siswa dalam mempelajari konsep. Siswa yang tergolong lamban terbantu dengan pola kooperatif ini. Perubahan positif yang terjadi tentu tidaklah instan, melainkan berjenjang waktu. Sebagai guru dan fasilitator siswa di kelas, saya sangat bersyukur melihat perkembangan keterampilan siswa dalam bertanggung jawab terhadap tugas, beradaptasi dengan peran dalam kelompok, menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya, dan memberikan penghargaan satu sama lain sekecil apapun perkembangan masing-masing anggota kelompok.  Kendala yang dihadapi selama penerapan aksi nyata ini adalah terdapat beberapa siswa yang harus diberlakukan khusus karena keterbatasan fisik dan faktor motivasi. Penulis menyadari untuk sebuah transformasi perubahan positif memerlukan proses berjangka waktu, sehingga penulis tetap berkeyakinan dengan konsistensi yang baik akan terus menerapkan aksi nyata ini semua siswa pada akhirnya mampu berkembang optimal dengan masing-masing kecepatan belajarnya.

Daftar Pustaka

Stahl, Robert and Van Sickle, R. (2005). Cooperative Learning in Social Studies Classroom:        An Introduction to Social Studies. National Council for the Social Studies Bulletin 87.

Fisher, R. (2005). Teaching children to learn. Cheltenham: Nelson Thornes.

Goyette, K. (2019). The non-obvious guide to emotional intelligence (You can actually use). Idea Press Publishing, USA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun