Mohon tunggu...
Ges Saleh
Ges Saleh Mohon Tunggu... Buruh - Menulis supaya tetap waras

Bercerita untuk menasihati diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lubang

6 Januari 2021   15:09 Diperbarui: 6 Januari 2021   21:45 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah lubang persegi panjang nyaris sempurna baru saja selesai digali. Delapan orang yang secara bergantian mengeluarkan tanah merah dan lembab itu merasa bangga dengan hasil kerja mereka. Lubang itu akan jadi bagian dari sebuah usaha memecahkan rekor dunia.

Sinar matahari mulai tergantikan dengan belasan lampu sorot di bawah tenda. Ada beberapa meja panjang, lusinan kursi plastik, dan puluhan orang yang kebanyakan adalah para pencari berita. Di bagian luar tenda masih banyak lagi penonton yang berusaha mengintip ke dalam tenda. Kalau saja tidak ada pembatas berupa tali kuning menyala yang dijaga petugas keamanan, orang-orang itu pasti sudah merangsek masuk, berharap bertemu dengan orang yang sering muncul di televisi.

Julukannya adalah Master Kei, seorang ilusionis yang kerap melakukan aksi-aksi menantang maut dalam setiap pertunjukannya. Lelaki bertampang seram dengan pernak-pernik aneh di sekujur tubuhnya itu sering memperlihatkan kemampuannya yang kebal senjata: pisau, golok, pedang, bahkan senjata api tidak mampu menembus kulitnya.

Hari ini Master Kei akan membuat sebuah pertunjukan nyeleneh---sama seperti biasanya---sekaligus memecahkan rekor dunia dengan tajuk "Bernapas dalam Kubur selama Tujuh Hari Tujuh Malam". Ada pro dan kontra dalam tim Master Kei saat rencana ini muncul. Mereka yang tidak setuju beralasan aksi ini tidak manusiawi dan berpotensi besar kematian pada Master Kei. Sisanya---termasuk Master Kei sendiri---merasa hal ini harus terlaksana mengingat semakin menurunnya popularitas Master Kei di dunia pertunjukan. Master Kei merasa tujuh hari tujuh malam dalam ruang sempit dalam tanah tidak ada apa-apanya. Ia mengaku pernah bertapa dalam goa gelap penuh hewan-hewan berbisa selama empat puluh hari.

Semua hal untuk pertunjukan panjang ini sudah siap. Lubang tempat pembaringan Master Kei, papan yang akan menjadi pemisah Master Kei dengan timbunan tanah, dan sebuah pipa berdiameter sekepalan tangan yang akan memberikan Master Kei udara segar. Master Kei juga dipasangi alat monitor jantung yang akan dipantau tanpa henti oleh petugas medis. Dan satu lagi, Master Kei dibekali sebuah tombol darurat yang bisa ia tekan kalau-kalau tidak sanggup lagi memperagakan orang yang sedang mati.

Tepat jam delapan malam aksi penguburan akan dimulai. Master Kei masih melakukan konferensi pers di meja yang ditempatkan tak jauh dari lubang. Kilatan dari kamera berdentum bergantian dan semakin intens saat Master Kei mulai melangkah ke arah lubang.

Master Kei kemudian berdiri diam di samping lubang beberapa lama, besedekap dengan mata tertutup. Mucul keraguan dalam hati Master Kei. Keraguan itu tidak muncul sebelumnya saat beberapa kali uji coba di pekarangan rumahnya yang megah. Master Kei segera menepis keragu-raguannya. Kenapa harus takut. Aku punya obat ini, dalam perdebatannya dengan rasa rasa takut.

Salah satu keputusan dalam rapat perencanaan Master Kei dan timnya adalah Master Kei akan dibekali obat tidur khusus selama pertunjukan. Obat itu akan disembunyikan sedemikian rupa dalam pakaian Master Kei bersama air dan makanan ringan kaya kalori yang akan jadi bekalnya dalam kubur. Jika Master Kei sudah merasa tak nyaman, ia bisa meminum obat itu dan selanjutnya yang ia rasakan adalah ketenangan.

Master Kei masuk ke dalam lubang lalu mengambil posisi tidur senyaman mungkin. Jejeran papan dipasang beberapa senti di atas perutnya yang buncit. Di bagian kepala, pipa mengarah tegak ke permukaan. Sekop tanah pertama ditaburkan ke dalam lubang, dan angka merah di jam raksasa mulai berubah detik demi detik. Perjalanan panjang selama seminggu dimulai.

Cukup hangat di dalam tanah meski rasa lembab tanah terasa saat menyentuh kulit. Masih terdengar kasak-kusuk orang di permukaan berkat pipa pengubung. Oksigen dan karbon dioksida bersirkulasi dengan cukup baik sehingga tidak menyesakaan paru-paru Master Kei. Semua sesuai rencana.

Dalam hatinya, Master Kei berusaha sebisa mungkin untuk tidak menggunakan obat di sakunya. Dia memilih untuk bermeditasi. Menyatu dengan tiap sel dalam tubuh dan alam bawah sadarnya sehingga rasa tidak nyaman akan mengabur dalam ketenangan, tetapi usaha meditasinya sia-sia. Master Kei tak bisa berkonsentrasi sebagaimana yang telah dilatih berminggu-minggu sebelumnya. Di hari kedua, Master Kei meminum butir pertama obat tidurnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun