Mohon tunggu...
gerzom dima
gerzom dima Mohon Tunggu... -

UNC/KUPANG

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berbagai Kesalahan Perspektif Terhadap Filsafat yang Meliputi Berbagai Manfaat

26 April 2012   05:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berbagai Kesalahan Perspektif Terhadap Filsafat yang Meliputi Berbagai Manfaat

By; Gerzom R. Dima

Sampai saat ini istilah filsafat masih sering dipersepsi dan ditetapkan secara tidak tepat oleh banyak orang terutama kalangan awam seperti yang tercantum dalam buku karya Muhammad Sidiq, 2002, The Tree of Philosophy, bahwa filsafat dianggap sebagai mitos dan digunakan secara tidak optimal sebagaimana pengertian dan maksud yang sebenarnya sehingga aktivas filsafat masih tersisih dari kehidupan sebagian orang.

Filsafat dipersepsi sebagai sesuatu yang tidak mempunyai manfaat praktis karna sering ditetapkan sebagai pemikiran atau wacana yang terlalu abstrak sehingga ada kemungkinan untuk tidak dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Di jenjang perguruan tinggi S1 pun filsafat kadang dianggap sebagai penambah beban belajar saja sementara di jenjang perguruan tinggi S2 atau kemagisteran filsafat dianggap hanya ditempatkan pada kelompok-kelompok tertentu bukan di semua kelompok.

Setara dengan berbagai persepsi tersebut filsafat hanya dibicarakan oleh orang-orang khusus dan merekalah orang-orang yang gagal menjalani kehidupan sehari-hari. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa filsafat itu membicarakan wacana yang tidak jelas arah dan tujuannya dan itulah mereka yang tidak mampu berpikir wajar, tepat dan benar. Oleh karna itu, filsafat dianggap pula sebagai tempat bersembunyi dan menyembunyikan ketidakmampuan intelektual seseorang sehingga dipersepsi sebagai pembicaraan yang tidak serius, tidak berujung pangkal bahkan mengada-ada saja. Pendek kata filsafat dianggap sebagai wacana bodoh.

Selain itu terdapat pula persepsi yang salah namun wajar, dengan mengatakan bahwa filsafat merupakan masalah atau wacana yang sukar untuk dipikirkan. Boleh berpendapat seperti itu tetapi sebenarnya itulah filsafat yang merupakan wacana yang berbeda dengan wacana ilmu pengetahuan.

Berbicara soal sukar atau mudah sebenarnya bukanlah suatu masalah karna sejak kita terjun ke dunia pendidikan (dasar) atau bahkan sebelum itu kita telah diajarkan cara berpikir dan cara memahami suatu masalah tertentu. Misalnya di Sekolah Dasar kita diajarkan untuk memahami wujud dari sesuatu yang ada seperti ukuran panjang dan lebar, berat dan masa dan lain-lain tetapi jarang atau tidak pernah diajarkan apa yang mendasarinya. Dengan demikian, cara berpikir secara filsafat  tidak sama dengan cara berpikir tertentu sehingga dianggap sukar, asing atau suatu keanehan. Sebenarnya keanehan itulah yang merupakan bekal untuk terjun ke cara berpikir secara filsafat.

Kadang kala kesalahpahaman terhadap filsafat terletak pada apa yang dibicarakannya. Juga terdapat ketidaktepatan lain yang menunjukan pada makna filsafat dari penggunaan filsafat yaitu pengertian filsafat sebagai dasar dari apa yang ada di balik sesuatu yang ada. Selain itu ada orang yang menolak ada dan perlunya filsafat. Mengapa harus berfilsafat? Mengapa tidak cukup membicarakan ilmu yang jelas objeknya saja? Ada juga yang berpendapat bahwa berfilsafat hanyalah tanda hakikat manusia karna sejak awal dan pada dasarnya manusia berpikir. Tanpa sadar berpikir inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

Manfaat Berpikir Secara Filsafat

Secara singkat, terlebih dahulu saya mengajukan pendapat terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pada hakikatnya filsafat berada pada tirai belakang atau mendahului ilmu pengetahuan atau atas pemikiran hal yang konkrit. Misalnya ketika seseorang melihat suatu pemandangan yang begitu indah, dan jika dia bertanya “mengapa bisa seindah itu?” pertanyaan tersebut dapat dijawab berdasarkan hukum-hukum alam yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan. Yang menjadi pertanyaan di dunia filsafat adalah “apakah indah itu?” Contoh lain, jika si A menenpuh suatu jarak maka ia tidak bertanya “berapa jauh” melainkan “apa itu ajarak”. Itulah cara berpikir secara filsafat.

Jika bertanya, mengapa harus berfilsafat? Banyak hal yang baru yang ia ditemukan dan hal tersebutlah yang mengherankannya. Karna heran maka ia tidak sekedar mempertanyakan apa yang berwujud, namun yang mendasarinya. Delius dalam bukunya The Story of Philosophy, menyatakan “sejak awal keheranan telah membuat manusia berfilsafat dan sampai sekarang terus demikian”.

Apa saja yang dipertanyakan dalam dunia filsafat? Jawabannya segala hal, baik benda maupun keadaan, yang terpikir maupun yang terasa, dan lain-lain. Mengapa bertanya? Karna ia mengherankan dan ingin mendalami sesuatu. Hal ini sangat penting karna dengan bertanya maka ilmunya akan bertambah dan mendalam sehingga mampu menganalisis masalah dengan lebih tajam serta dapat menguasai lingkungannya secara baik. Inilah yang menyebabkan seseorang untuk memahami dan bertindak secara efektif untuk beradaptasi dengan lingkungan dan tantangan dimana dia berada. Penyesuaian yang demikian tidak sekedar menghindari seseorang dari segala tantangan tetapi dapat melakukannya sebagai tanggung jawab yang mengantar seseorang kepada kebenaran. Dengan demikian, dapat diyakini bahwa kebenaranlah yang akan membawa seseorang pada puncak kebahagiaan hidupnya. ( Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.Pengantar filsafat )

BERPIKIRLAH SIAPA DIRIMU,DIMANA DIRIMU,DAN AKAN KEMANAKAH DIRIMU,SERTA UNTUK APA DIRIMU DIMANA,,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun