Mohon tunggu...
Sosbud Pilihan

Terminalku

5 Januari 2016   15:27 Diperbarui: 4 Januari 2017   18:09 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Pagi hari ini matahari seperti enggan menampakkan dirinya. Cuaca mendung menyelimuti kotaku, kota Bogor. Sudah lama setelah tidak turun hujan, akhirnya musim hujan datang juga. Pagi hari ini sudah aku putuskan untuk mengunjungi dan melihat salah satu sarana publik yang ada dikota Bogor, terminal Baranangsiang namanya. Terminal Baranangsiang merupakan terminal utama yang ada di kota Bogor. Terminal ini bak titik penghubung Bogor dengan berbagai kota lainnya. Dari sini setiap harinya diberangkatkan ratusan bis menuju kota-kota lain di Jabodetabek ataupun keluar wilayah tersebut. Ribuan bahkan puluhan ribu orang menggunakan terminal ini setiap harinya.

Nama terminal ini diambil dari sebuah nama bunga Baranangsiang (bahasa Sunda) yang artinya “Mekar di Siang Hari”. Menurut cerita, dulu di tempat ini banyak tumbuh bunga jenis tersebut. Jadi kalau anda mau menyebut terminal ini sebagai terminal “Bunga” boleh-boleh saja. Terminal Baranangsiang berdiri tahun 1974. Lokasinya sangat strategis karena berada di tepat di ujung jalan tol pertama Indonesia , yaitu Jagorawi. Posisi terminal berada di sebelah kanan di jalan Pajajaran, yang merupakan salah satu jalan tersibuk di Bogor. Terminal Baranangsiang sebenarnya terdiri dari dua bagian.

Bagian muka merupakan lokasi tempat keberangkatan dan ketibaan.Oleh karena itu di bagian muka terminal terdapat dua buah pintu. Satu untuk keluarnya bis dari terminal. Yang lainnya untuk bis (yang kebanyakan dari arah Jagorawi) langsung masuk ke terminal. Di tahun 2000-an bagian ketibaan kemudian dipindahkan agak ke belakang. Bis yang tiba harus masuk melalui jalan Sambu. Pintu masuk bis yang berada di Selatan tidak lagi dipakai sebagai pintu kedatangan. Bagian kedua berada di bagian belakang yang dekat dengan jalan Belitung. Sisi terminal ini merupakan tempat penumpang yang datang untuk beralih ke angkutan dalam kota yaitu angkot. Di bagian tengah terminal Baranangsiang terdapat sebuah bangunan agak memanjang bertingkat dua. Bangunan ini merupakan kantor pengelola terminal. Di lantai dua selain terdapat pos polisi juga terdapat beberapa counter perusahaan PO bus untuk melayani pembelian tiket ke luar Jabodetabek.

Kondisi Terminal Baranangsiang saat ini sangat memprihatinkan. Aspal yang terkelupas disana sini bisa dilihat di bagian keberangkatan. Tangga penghubung antara bagian muka dan belakang terminal bolong disana sini. Atap yang rombeng dan hampir rubuh bisa ditemukan di terminal angkot. Kata becek, pesing bisa ditambahkan ke kosa kata yang berkaitan dengan terminal Baranangsiang. Kusam, dan kumuh jangan pula dilupakan. Ceceran sampah juga turut menghiasi dan menambah kesan jorok. Sebuah saung dari bambu, yang entah apa fungsinya, berdiri di tengah terminal angkot. Sementara halte kecilnya terlihat bak besi tua siap dikilo. Tidak heran penumpang lebih suka bergegas perki ke jalan Belitung di bagian belakang untuk mencari angkot.

Jangan ditanya fasilitas apa yang ada di terminal ini, saya juga bingung jawabnya. Ada tapi tiada, begitulah kira-kira gambarannya.. Ada kursi tunggu penumpang tapi kondisinya sudah tak layak. Toilet ada tetapi bukan sebuah pilihan kalau tidak sangat terpaksa. Untuk yang lapar dan haus, ada yang menjual makanan dan minuman di lokasi yang sama tidak nyamannya. Bisa dikata sangat menyedihkan melihat kondisi terminal Baranangsiang ini. Tidak seharusnya tempat yang seharusnya menjadi wajah Bogor seperti ini. Sang “bunga” terlihat jelas layu dan tidak terawat

Sudah sejak tahun 2008 bergulir berbagai wacana terkait perbaikan dan revitalisasi terminal. Mulai dari wacana pemindahan ke terminal Ciawi dan pembangunan terminal di Wangun (dekat Sentul) sampai yang terakhir revitalisasi terminal. Sayangnya sampai dengan saat ini belum ada realisasi dari rencana-rencana tersebut. Justru bahkan rencana revitalisasi terakhir mendapat penolakan keras dari berbagai kalangan. Alasannya karena konsep revitalisasi terminal Baranangsiang ini dinilai justru tidak menekankan pada fungsi terminal sendiri.

Konsep terakhir adalah menjadikan terminal ini sebagai terminal modern dengan ditunjang berdirinya hotel dan mall (lagi-lagi hotel dan mall). Rencana ini memicu berbagai demonstrasi sejak 2-3 tahun terakhir. Yang paling dahsyat adalah ketika ratusan awak bis memalang kendaraan mereka di berbagai jalan menuju terminal tahun 2013. Alhasil ratusan kendaraan harus berbelok mencari jalan alternative. Saya termasuk salah satunya yang terpaksa berputar arah.

Dilihat dari kondisinya sekarang, sudah jelas bahwa perlu dilakukan pembenahan, revitalisasi atau apalah namanya. Intinya kondisi yang sekarang sudah jelas tak layak dan memprihatinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun