Memasuki awal tahun 2025, kenaikan harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, beras, telur, dan gula terus menjadi perhatian publik. Lonjakan harga yang berkisar antara 5 hingga 9 persen sejak akhir 2024 memberikan tantangan besar bagi stabilitas keuangan rumah tangga. Beberapa faktor eksternal dan kebijakan ekonomi nasional menjadi penyebab utama dari situasi ini.
Faktor Penyebab Kenaikan
Cuaca ekstrem yang mengganggu distribusi barang serta peningkatan permintaan selama perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi pemicu langsung kenaikan harga. Di sisi lain, kebijakan pemerintah turut memperkuat tekanan ekonomi ini.
Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah tahun 2024 membawa dampak signifikan pada pasar dan konsumsi masyarakat di tahun berikutnya. Salah satu kebijakan yang mencolok adalah kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025.
"Kebijakan ini, meskipun bertujuan meningkatkan penerimaan negara, menimbulkan efek domino berupa kenaikan harga barang dan jasa di pasar," jelas Achmad. Menurutnya, dampak tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi juga kelas menengah yang menjadi tulang punggung konsumsi domestik.
"Ketika harga kebutuhan pokok melonjak, kemampuan belanja mereka tergerus, sehingga mengancam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,"Â tambahnya.
Dampak Terhadap Konsumen
Nur Hasanah, seorang pedagang kebutuhan pokok di Abung Jayo, mengaku lonjakan harga mulai terasa sejak akhir tahun lalu. "Minyak goreng naik, gula naik, pokoknya semuanya serba naik sekarang," ujarnya saat ditemui di gerainya pada Sabtu (11/1/2025). Harga minyak goreng naik dari Rp17.000 menjadi Rp18.000 per liter, sementara gula naik dari Rp16.000 menjadi Rp17.500 per kilogram."
Sementara itu, konsumen seperti Ayu merasakan beban ekonomi yang semakin besar. "Biasanya seperempat kilo gula harganya Rp4.000, sekarang jadi Rp5.000. Agak kaget karena biasanya stabil, tapi sekarang lumayan naik," ujarnya.