Mohon tunggu...
Gery Airlangga
Gery Airlangga Mohon Tunggu... Copywriter -

Hanya copywriter biasa yang suka hiperbola dalam membuat cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Habis Drawa Timbullah Drama

31 Desember 2015   12:59 Diperbarui: 31 Desember 2015   15:15 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Tahun 2015 segara berlalu, dan tahun 2016 akan tiba beberapa jam lagi. Di sepanjang tahun 2105 banyak sekali kejadian – kejadian yang menjadi bahan pembicaraan orang-orang, baik itu mulai dari awal tahun bahkan hingga di penghujung akhir 2015. Seperti kejadian yang cukup heboh beberapa hari lalu berupa Maskot Asean Games 2018 yang bernama Drawa.

Pemerintah melalui Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta Menpora Imam Nahrawi resmi meluncurkan maskot bergambar burung cenderawasih pada tanggal 27 Desember kemarin. Dengan visualisasi gambar burung cenderawasih yang mengenakan kostum pencak silat, Drawa secara garis besar mewakili karakteristik Indonesia yang di mana tahun 2018 menjadi tuan rumah Asean Games.

Setelah melakukan peluncuran maskot, suara-suara masyarakat mulai bermunculan terhadap maskot yang telah diresmikan tersebut. Banyak dari mereka berkata bahwa maskot terlalu jadul, kaku, tidak memilik ekspresi, dan terlebih parah lagi ada yang mengatakan maskotnya jelek kok bisa approve? Lantas ada pula yang beranggapan bahwa projek maskot tersebut merupakan kongkalikong dengan pemerintah, jadi ya bentukannya seperti itu.

Membaca komen-komen mengenai Drawa di salah satu grup advertising yang ada di Facebook, saya sih cuma bisa cengar-cengir aja membacanya. Begini, menurut saya sih ya terlepas dari jeleknya si Drawa (saya juga mengakui), bisa gak ya masyarakat kita berkomentar secara positif dan membangun? Apresiasi dikit lah karya orang. Miris sih melihatnya, terlebih yang banyak komen adalah orang-orang yang berkutat di industri kreatif. Kenapa gak mereka aja ya yang ngebikin maskotnya?

Kreatifitas itu mahal dan apa pun hasil dari sebuah karya yang dipublikasikan, mbok ya hargai toh, Mas, Mbak, jangan asal ceplas ceplos bilang “jelek karya lu, ah busuk, jadul amat, ganggu mata nih, dll” kan katanya Indonesia mau memajukan industri kreatif, gimana mau maju kalo setiap ada yang berkarya dikasih kritik yang membunuh bukan membangun? Gak heran sih kalo ternyata pelaku kreatif di Indonesia banyak yang kabur keluar ya di negerinya sendiri karyanya aja dibunuh dan dicaci, lebih baik cari pengakuan di luar negeri deh.

Oke, mumpung pemerintah mau merevisi hasil si Drawa tersebut, bagaimana kalau kita saling bahu-membahu buatin maskotnya lalu kirim ke pemerintah? Berani kah, kita? Atau masih maunya memberi komentar membunuh aja dibanding ikutan merevisi? It’s your choice! J

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun