Mohon tunggu...
Gery Airlangga
Gery Airlangga Mohon Tunggu... Copywriter -

Hanya copywriter biasa yang suka hiperbola dalam membuat cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muak dengan Nyinyiran, "Gapapa yang Penting Gubernurnya Seiman, Banjirnya Halal"

11 Desember 2017   22:32 Diperbarui: 12 Desember 2017   09:53 1494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: twitter.com/stuck_at_yoo

Hari ini menjadi hari yang kelabu bagi warga Jakarta. Diguyur hujan dengan intensitas deras yang cukup lama, membuat beberapa wilayah terendam banjir. Bahkan seperti jalan di Kuningan, HR Rasuna Said pun terkena imbasnya.

Tergenangnya Jakarta oleh banjir membuat para netizen mengeluarkan celotehan-celotehan. Ya, sudah bisa ditebak, mereka mengaitkan banjirnya Jakarta ini dengan ketidak-becusan kinerja Anies-Sandi dalam memimpin Jakarta. Sejujurnya sih komentar-komentar tersebut lazim saya baca, bahkan di zaman gubernur-gubernur terdahulu, komplen soal banjir pun kerap dikeluarkan. Namun yang membuat saya kesal adalah, komentar-komentar yang seperti ini "Jakarta banjir? Gapapa, kan yang penting seiman gubernurnya" atau "Banjir ini terasa halal, karena pemimpinnya seiman" atau juga yang seperti ini "yang penting gubernurnya islam. Banjir kan cuma air, islam yang paling penting" dll.

Oke, mungkin iya benar kinerja Anies-Sandi tidak maksimal untuk saat ini dan ditambah dengan aturan-aturan nyeleneh yang dikeluarkan. Namun apakah etis komentar-komentar yang saya sebutkan tadi dijadikan sebagai olok-olokan?

Bukan bermaksud untuk membela sang Gubernur dan Wagub, tapi ayo lah dewasa! Saya tahu komentar tersebut merupakan satir, tapi etiskah jika dikaitkan dengan memakai kata "Seiman, muslim, masuk surga, halal, dll?" Buat saya sangat tidak etis, karena sedikit menyudutkan pihak muslim, kesannya dengan terpilihnya gubernur dan wagub yang muslim/seiman justru membuat Jakarta terkena banjir.

Sudah lha, isu muslim, non-muslim, pribumi, non-pribumi, tidak usah dibawa lagi walaupun ke dalam komentar satir. Memangnya tidak muak ya bahas soal politik dan saling nyinyir mulu? Lantas kapan kelarnya kalau gitu? dan apa bedanya kalian dengan kelompok saracen? Yang satu suka nyinyir, yang satu nyebar kebencian dan hoaks, sama saja kan?

Sebagai penutup, saya pun tidak memilih Anies-Sandi saat Pilkada kemarin, saya pun tidak suka dengan terobosan dan bualan beliau, tapi saya tidak ikutan nyinyir dengan komentar "Gapapa yang penting seiman, banjir halal dll". Kenapa? Karena saya gak mau menciptakan linimasa yang negatif di media sosial saya dengan menebar nyinyiran atau kebencian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun