Mohon tunggu...
Gertrude Bevrolla Heraldine
Gertrude Bevrolla Heraldine Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswa Semester 1 Manajemen Perhotelan Universitas Airlangga. Saya memiliki minat dan bakat dalam hal desain. Minat dan bakat terssebut saya kembangkan lagi dengan mengikuti berbagai kegiatan di Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Alpha dan Tergerusnya Permainan Tradisional: Apa yang Terlambat Kita Sadari?

9 Desember 2024   22:19 Diperbarui: 9 Desember 2024   22:19 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permainan Tradiisional Lompat Tali (Sumber: goodnewsfromindonesia.id)

Di zaman modern ini permainan tradisional sudah mulai terlupakan, terutama oleh generasi Alpha. Apa itu generasi Alpha? Generasi Alpha adalah generasi yang dimulai pada tahun 2013 hingga sekarang. Tergerusnya permainan tradisional ini dilatarbelakangi oleh perkembangan teknologi yang semakin maju. Tidak sedikit Sekolah Dasar yang memiliki ekstrakurikuler di bidang teknologi, seperti coding, desain, bahkan animasi sekalipun. Bersamaan dengan hal tersebut, permainan tradisional yang biasa dimainkan oleh anak-anak mulai terlupakan. Anak-anak generasi Alpha lebih memilih untuk bermain gadget dibandingkan bermain di luar dan bersosialisasi bersama teman-teman.

Generasi Alpha lebih mengenal adanya smartphone dibandingkan permainan tradisional yang lebih mengasah motorik. Hal ini menandakan bahwa penggunaan gadget sudah menyentuh seluruh lapisan usia masyarakat. Pertumbuhan generasi Alpha yang berada pada masa lock down  Covid-19 membuat mereka lebih terbiasa terhadap teknologi. Terutama pembelajaran jarak jauh yang menggunakan gadget sebagai media belajar. Dengan pembelajaran jarak jauh diakibatkan lock down, generasi Alpha tumbuh bersama teknologi dan jarang bersosialisasi di luar.

Permainan tradisional sendiri sangat beragam. Sebagai contoh seperti dakon, bekel, lompat tali, engklek, kelereng, dan masih banyak lagi. Permainan tradisional merupakan permainan yang dimiliki oleh sekelompok adat atau masyarakat yang mengikuti norma masyarakat dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, permainan tradisional penting untuk dilestarikan agar tidak punah. Untuk melestarikan permainan tradisional, seluruh generasi berperan penting dalam memperkenalkannya ke generasi-generasi selanjutnya.

Orang tua dan sekolah berperan dalam memperkenalkan permainan tradisional ke anak-anak. Permainan tradisional sangat bagus untuk melatih motorik anak-anak, kelincahan, kreativitas, kerja sama, dan kemampuan sosial anak. Anak-anak bisa menjadi lebih dekat dengan teman-teman dan mengurangi penggunaan smartphone. Permainan tradisional ini bisa dimainkan di sekitar sekolah maupun sekitar rumah. Pihak sekolah juga bisa membuat ekstrakurikuler atau lomba permainan tradisional untuk meningkatkan minat generasi Alpha pada permainan tradisional.

Selain itu, permainan tradisional dapat dikenalkan melalui platform media sosial. Contohnya lato-lato yang menjadi tren sekitar bulan Mei. Lato-lato ini mulanya muncul dari media sosial TikTok yang kemudian merambat ke media sosial lain. Tren lato-lato ini bertahan cukup lama hingga banyak sekali penjual mainan lato-lato dadakan di sekitar jalan ataupun toko kelontong dan supermarket besar. Namun tentunya tren mainan lato-lato tidak bertahan lebih lama dari game online. Anak-anak, terutama generasi Alpha hanya akan merasa penasaran, kemudian bosan dengan mainan tersebut. Beda halnya dengan minat mereka pada game online yang tidak pernah pudar trennya. Oleh karena itu, kita semua berperan penting dalam melestarikan permainan tradisional agar tidak punah dan lebih menarik minat generasi Alpha dan generasi seterusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun