Mohon tunggu...
Gerry Utama
Gerry Utama Mohon Tunggu... -

Fakultas Geografi - Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Nature

Analisis Degradasi Lahan DAS Sungai Musi

9 November 2013   14:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:23 931
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13839825071605070604

Lahan merupakan suatu kesatuan komponen atmosfer, hidrologi, litologi, serta biologi yang terdapat dalam suatu ruang yang saling berinertaksi dan interelasi satu sama lainnya. Akhir-akhir ini isu mengenai degradasi lingkungan semakin gencar dikampanyekan sebagai salah satu fenomena yang mengakibatan kerusakan pada ekosistem yang hidup dalam suatu ruang serta komponen anorganik yang mengikuti. Lahan merupakan salah satu bagian dari kompenen dari lingkungan yang juga mengalami degradasi.  Degradasi lahan yang terjadi sangat jelas ditunjukkan dengan indikator terjadinya penurunan kualitas lingkungan serta komponen interelasinya. Penurunan kualitas lingkungan yang terjadi berdampak pada ancaman serius terhadap keberlangsungan ekosistem yang berkembang pada suatu wilayah. Kondisi degradasi lahan ini terjadi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) pada Sungai Musi yang telah menunjukkan tanda-tanda penurunan kualitas lingkungan yang terjadi dalam lingkup DAS sebagai akibat berkembangnya pengaruh yang ditimbulkan oleh komponen di dalam DAS tersebut.

Menurut UU No 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air mendefinisikan  Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah satu kesatuan antar sungai dan anak-anak sungainya  yang dibatasi oleh igir-igir punggung bukit (river divide) berfungsi sebagai pengumpul, penyimpan, dan penyalur air dengan melalu satu titik pengeluaran (output). Selain itu fungsi DAS dapat dipandang sebgai suatu kesatuan bentangalahan , dan ekosistem yang memiliki peran dalam upaya perlindungan atau konservasi , produksi, dan habitat yang ada. Fenomena degradasi lahan yang terjadi di dalam suatu DAS merupakan permasalahan yang terjadi dengan variabel hubungan sebab-akibat yang kompleks. Menurut Trejo (1988) hal ini dapat digambarkan sebagai suatu kerangka model landscape response unit yang terdiri dari  tiga komponen penyusun dari kerangka model ini, yaitu : (1) proses fisik, termasuk iklim juga di dalam paramater ini ; (2) model ekotropik, merupakan komponen yang terdiri dari parameter-parameter demografi yaitu pertumbuhan penduduk, kepadatan, serta proses migrasi yang terjadi dalam suatu penduduk ; (3) aktivitas ekonomi masyarakat. Ketiga komponen penyusun model kerangka ini saling terkait satu sama lainnya. Dalam kaitannya dengan fenomena  degradasi lahan yang terjadi di dalam DAS , model kerangka ini dapat menjawab serta menganalisis fenomena degradasi lingkungan yang terjadi di DAS Sungai Musi .

Kerangka Model Landscape Response Unit (Trejo, 1988)

Degradasi lahan yang kompleks terjadi di dalam DAS ini ditunjukkan terjadinya banjir yang melanda permukiman , kemudian penurunan kualitas air sungai , serta longsoran tebing sungai yang terjadi di wilayah permukiman masyarakat.  Penurunan kualitas air sungai yang terjadi disebabkan karena letak permukiman masyarakat yang berada di pinggiran sungai mengakibatkan aktivitas sehari-hari masyarakat yang konsumsi akan kebutuhan air bergantung pada air sungai baik kegiatan MCK, transportasi, dan sebagainya. Penurunan kualitas air yang terjadi berdampak pada kesehatan masyarakat yang rentan terhadap penyakit yang dibawa oleh air seperti kolera, diare. Sebagai akibat pengaruh dari respon suatu bengtanglahan akibat tekanan kegiatan ekonomi dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi yang memberikan respon berupa penurunan kualitas air sungai yang ada.  Banjir yang terjadi dalam suatu bentanglahan fluvial merupakan salah satu hal yang lumrah terjadi dalam bentanglahan ini sebagai akibat respon dari proses-proses fisik yaitu berupa peningkatan curah hujan akibat iklim mengakibatkan terjadinya luapan air yang ada di dalam DAS yang akan tertampung di rawa belakang (back swamp) dalam siklus yang terjadi pada suatu bentanglahan fluvial. Ketidaktahuan masyarakat dalam membangun suatu permukiman atau bangunan yang terletak di rawa belakang yang dilakukan dengan cara  menimbun rawa dalam membangun suatu bangunan mengakibatkan air yang semula saat terjadi luapan sungai tertampung di sana akibat dari semakin tingginya intensitas pembangunan kawasan terbangun  yang ada tanpa memperhatikan karakteristik dari satuan bentuklahan yang ada . Sehingga air tersebut mencari tempat yang lebih rendah untuk tertampung , kawasan permukiman masyarakat yang lebih rendahlah  yang akhirnya  tergenang oleh air sungai yang meluap menimbulkan bencana berupa banjir.

Perlu upaya serius dalam menyikapi permasalahan yang ada pada respon yang menunjukkan terjadinya degradasi lingkungan . Mulai dari regulasi yang ada pada pemerintah baik RTRW maupun RTDRK  perlu dilakukan perencanaan atau pengembangan suatu kawasan yang berkelanjutan yang menjadi dasar dalam merumuskan perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Sehingga dihasilkan suatu  solusi transformatif dalam mengatasi permasalahan degradasi lingkungan yang terjadi, jika dibiarkan berkepanjangan semakin melewati batas jenuh dari degradasi lingkungan maka akan meimbulkan kerawanan pada wilayah tersebut yang berpotensi utnuk timbulnya suatu bahaya (hazard) bahkan bencana (disaster) yang lebih besar lagi jika dibiarkan terus menerus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun