Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Museum Pergerakan Wanita di Jogja

21 Februari 2019   01:25 Diperbarui: 21 Februari 2019   01:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.sindonews.com/

Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu ada beberapa pahlawan nasional perempuan Indonesia. Masih banyak nama lain yang tak dapat disebutkan satu per satu. Perempuan-perempuan itu berperan serta dalam andil perjalanan Bangsa Indonesia bahkan sebelum masa kemerdekaan. Waktu berlalu, hingga tiba satu masa dilakukannya Kongres Wanita Indonesia tanggal 22 Desember yang kemudian diperingati sebagai Hari Ibu.

starwoss.wordpress.com/
starwoss.wordpress.com/
Namun Jogja tak luput mengapresiasi peran perempuan dalam ranah keistimewaanya. Hal demikian tampak dalam bangunan Gedung Mandala Bhakti Wanitatama. Sekalipun orang lebih mengenailnya sebagai tempat digelaarnya pernikahan dan event pameran. 

Namun sebenarnya tempat ini menyimpan jejak perjuangan kaum perempuan Indonesia. Sebagai bentuk penghargaan terhadap kiprah perjuangan kaum perempuan Indonesia maka diresmikanlah Gedung Museum Pergerakan Wanita Indonesia Mandala Bhakti Wanitatama.

Awal pembangunan gedung ini dimaksudkan untuk memperingati Kongres Perempuan I pada tahun 1928 di Yogyakarta. Diprakarsai oleh Ibu Sri Mangunsarkoro di Kongres Wanita Indonesia tahun 1952 di Bandung. 

Beliau mengusulkan agar apresiasi tidak 'hanya' tampak dalam bentuk tugu semata, melainkan berbentuk gedung dengan tujuan dapat digunakan sebagai aktfitas sehari-hari serta mampu meningkatkan peran perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Usulan tersebut diterima serta menjadi keputusan kongres selanjutnya diterima pula oleh penasehat Yayasan Hari Ibu, yaitu Ngarsa Dalem IX. Hingga akhirnya gedung diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Desember 1983.

Ngayomi Ngayemi Ngayani

Jogjakarta berarti Jogja yang Karta, berarti kedamaian dalam kebaikan. Hal demikian agaknya yang menjadi api para perempuan kala itu dan Jogja tak luput akan apresiasi terhadap situasi tersebut. Namun sebaiknya semangat tersebut lantas sebatas bara kemudian padam. Semua pihak mesti berperan dalam kelangsungan Jogjakarta yang dalam predikat sehari-harinya dijuluki sebagai yang istimewa.

bambangsoepijanto.com
bambangsoepijanto.com
Pemerintah agaknya menjadi inisiator sekaligus pihak yang berperan dalam animo masyarakat yang demikian. Semangat merawat keistimewaan ini-lah yang kemudian diambil dan dikomitmenkan Bambang Soepijanto kelak. 

Oleh sebab telah menjadi bagian dari Jogjakarta untuk sekian waktu yang lama, masuk akal jika peran 'abdi' kemudian beliau putuskan dengan menjadi wakil rakyat dalam ranah legislatif. Semoga api keistemawaan ini tak pernah padam, dalam rentang waktu tidak berujung. Tak patah arah diterpa angin, panas dan hujan. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun