Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gedung Agung Jogja dari Masa ke Masa

20 Februari 2019   23:55 Diperbarui: 21 Februari 2019   00:03 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sembilan tahun lamanya gedung ini dibangun, tepatnya dari tahun 1823. Bermacam-macam pula gedung ini dipergunakan. Pertama kali adalah serorang Residen Anthonie Hendriks Smissaert, sebagai seorang pejabat Belanda ia bertempat tinggal ditempat tersebut. Lepas Belanda, Jepang datang. 

Pada masa Nippon, Gedung Agung lantas diperuntukkan sebagai rumah tinggal Tyookan Kantai. Menjelang masa kemerdekaan, Gedung Agung kemudian dialih fungsikan sebagai kantor Komite Nasional Indonesia (KNI) Provinsi DIY. Hingga akhirnya dipergunakan sebagi Istana Kepresidenan pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

Gedung Agung terletak di Jalan Ahmad Yani (Margo Mulyo) no.3 Yogyakarta ini terletak berhadapan dengan benteng Vredenburg. Di gerbang utama, akan disambut oleh raksasa penjaga pintu "Dwarapala" setinggi 2 meter yang berasal dari sebuah Candi Kalasan.

Masuk area Gedung Agung, pengunjung tidak diperkenankan untuk mengambil gambar. Sebab didalamnya terdapat ruang-ruang untuk berbagai macam acara kenegaraan. Sebut saja ruang Garuda, Ruang Diponegoro, serta Ruang kesenian.

Didalam komplek Istana ini terdapat 62 arca Budha, Siwa, dan lain-lain yang tersebar di berbagai sudut Gedung Agung. Seperti monumen "Dagoba" dari batu andesit, terletak di serambi depan Istana, serta patung setinggi 3,5 meter berasal dari Desa Cupuwatu daerah Prambanan sebagai pralambang kerukunan beragama yang diwujudkan dalam bentuk Lingga dan Stupa.

https://bisniswisata.co.id/istana-kepresidenan-yogyakarta-dibuka-bagi-wisatawan/
https://bisniswisata.co.id/istana-kepresidenan-yogyakarta-dibuka-bagi-wisatawan/
Setelah melalui berkali-kali pemugaran akibat gempa bumi, akhirnya Gedung Agung memiliki bentuk seperti yang dapat kita jumpai sekarang ini. Masuknya pun gratis, hanya meninggalkan identitas serta berpakaian pantas.

Ngayomi, Ngayemi, Ngayani

bambangsoepijanto.com
bambangsoepijanto.com

Keistimewaan Jogja tidak ada habisnya. Hanya saja, kesemua 'wahana' mesti dijaga kelestariannya. Demikian yang jadi komitmen seorang Bambang Soepijanto menyongsong perannya sebagai wakil rakyat. Komitmennya menjaga keistimewaan Jogja, sekaligus menggerakkan secara lebih massif sekoci-sekoci ekonomi sehingga warga Jogja mampu mendapatkan keuntungan rupiah demi kesejahteraan mereka. Semoga segala Jogja yang istimewa tak lekang oleh waktu seperti jargonnya kala itu never ending Asia. Salam dua empat!

bambangsoepijanto.com
bambangsoepijanto.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun