Tahun 2019 dibuka dengan hingar bingar perpolitikan yang kental. Memang, tahun ini tahun politik. Ada pilpres, berikut pemilihan umum guna menentukan wakil rakyat dalam bidang legislatif untuk waktu mendatang.
Praktis sepanjang Januari hingga Februari ini hampir tiap hari Minggu ada pemandangan 'khas', terutama pada siang hari. Segerombolan pasukan 'merah' dan 'hijau' silih berganti menjadi rutin memekakan telinga para pengguna jalan raya, termasuk warga kampung yang gang-gang depan rumahnya dilewati serombongan simpatisan ini. Rutinitas tersebut bertajuk kampanya politik. Motor kopling berikut suara knalpot modifikasi cempreng serta volume suaranya yang 'tidak main-main' pun sebenarnya kerap bersambut gerutu orang-orang yang mereka lewati.
Hal demikian saya pikir ironis. Sebab bukankah kampanye-kampanye dilakukan dalam rangka menunjukkan citra baik calon legislator yang diusung?
Lebih lanjut pernah dalam salah satu obrolan saya dengan beberapa kawan dekat, "masih efektifkah model kampanye demikian?"
Ketidaktepatan waktu kampanye, yakni belum 'diresmikannya' kampanye terbuka menjadi alasan para aparat terkait kemudian mengambil sikap. Rencananya mereka akan menertibkan alat kampanye nakal. Mulai dari bendera, baliho, gambar partai tertentu dibadan jalan raya, serta Alat Peraga Kampanye (APK) lainnya direncanakan akan ditertibkan.
Ngayomi, Ngayemi, Ngayani
Menyoal kampanye yang kian riuh, muncul pertanyaan lanjutan yakni "bagaimana cara kampanye yang lebih efektif menyongsong pemilihan umum tahun ini?"
Waktu itu bayangan kami adalah kampanye menggunakan metode blusukan, turun ke jalan lengkap dengan obrolan dengan rakyat kalangan akar rumput. Hal demikian nampaknya sudah disadari seorang Bambang Soepijanto. Calon legislator DPD nomor 24 ini sudah sejak lama ternyata memulai kebiasan turun langsung "ke jalan"; bahkan sudah sejak beliau belum mencalonkan dirinya menjadi wakil rakyat.
Sudah semestinya sejak masa kampanya, ada citra baik yang ditonjolkan para calon wakil rakyat. Melalui alasan demikian sehingga Bambang Soepijanto senantiasa mengusung tema yang jadi jargon rutinnya kala berkampanye yakni Ngayomi, Ngayemi, Ngayani. Atau kalau tetap membandel, siap-siap saja ditertibkan aparat terkait kelak. Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H