Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Warga Seyegan Kebanjiran

19 Februari 2019   23:32 Diperbarui: 20 Februari 2019   00:48 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca ekstrem memang menjadi salah satu rubrik paling sering diulas berbagai media. Setidaknya hal itu harus diakui menjadi salah satu warna pada tutup tahun 2018 lalu. Secara khusus di Jogja, paling tidak tiga bulan belakangan panas hujan silih berganti cepat sekali. Bahkan pada sesekali waktu hujan bisa saja turun begitu ironis, padahal hari itu sedang panas-panasnya. Terakhir demikian yang saya rasakan pada minggu kemarin.

Banjir dan tanah longsor di Jogja belakangan memang kerap terdengar ditelinga. Bencana alam tersebut kerap melanda daerah Jogja pinggiran, baik itu wilayah lereng dataran tinggi seperti wilayah Gunungkidul dan Kulonprogo. Namun terbaru, yang kemarin gempar ialah banjir yang melanda warga wilayah Seyegan, Sleman.

JogjaUpdate
JogjaUpdate
Dikutip dari Jogjaupdate, selain Seyegan banjir juga melanda wilayah Moyudan dan sekitarnya. Sepertinya hampir meluas di sekitar wilayah barat laut Yogyakarta. Namun beruntung genangan air tidak lantas berlangsung lama. Kendati demikian tetap, Jogja mesti perlu waspada

Ngayomi, Ngayemi, Ngayani

Banjir, menjadi bencana yang tak melulu disebabkan oleh alam; tidak selalu disebabkan oleh lingkungan. Namun harus diakui bahwa banjir menjadi 'aktualisasi' degradasi lingkungan pertama-tama akibat sampah yang belum menyeluruh kejelasan pengelolaannya. Masih ada segementasi masyarakat yang bertekun pada kebiasaannya buang sampah di sungai atau kali terdekat.

bambangsoepijanto.com
bambangsoepijanto.com
Sayang, pemerintah belum begitu terlihat bersikap akan segala fenomena kebencanaan ini. Saya pikir tindakan preventif mutlak diperlukan, paling tidak dalam rangka mengubah mindset masyarakat atas kebiasaan buang sampah yang memang tidak spontan akibatnya terhadap lingkungan. Sementara disisi lain, pemerintah semestinya ngayomi, ngayemi, ngayani seperti jargon yang diusung oleh salah satu calon wakil rakyat Bambang Soepijanto. Ada jaminan kualitas lingkungan yang terjaga, ada persuasi untuk mengubah kebiasaan buruk agar lingkungan pun tidak lantas jadi korban, sehingga akibat negatif yang sebenarnya akan kembali 'dinikmati' oleh masyarakat. Semoga lekas membaik kualitas lingkungan Jogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun