Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kunjungi dan Beli, Mengenal Dekat Pencari Rupiah Paruh Baya

9 Februari 2019   21:02 Diperbarui: 9 Februari 2019   21:15 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkunjung pada salah satu daerah emperan Jogja, menikmat satu pemandangan khas yang belum tentu didapat orang banyak. Empat hingga lima ribu rupiah menjadi bayangan keuntungan mereka sehari-hari. Mengingat usia yang kian senja, pasangan suami istri ini lantas memutuskan untuk menetap menjaja dagangannya.

Sudah lima tahun keduanya menjual berbagai produk anyaman bambu didepan pertokoan selagi masih tutup. "Rutinitas ini lebih ringan, dibandingkan dahulu harus berkeliling kesana kemari sembari nyunggi (membawa dikepala)", demikian ujar sang istri.

Memang jaman tak bisa dilawan. Namun usaha untuk tetap beroleh penghidupan memang hak semua orang. Tanpa terkecuali kedua orang tua tadi. Cukup kunjungi, melalui beberapa percakapan saja kita bisa tahu betapa membutuhkannya mereka.

Bukan lantas menjual belas kasihan, namun barang-barang yang mereka jual tidak berarti murahan. Paling tidak melalui beberapa rupiah yang kita "tukar" mampu untuk mengapresiasi secara komersil barang-barang buah tangan mereka sendiri.

Menyoal hal demikian saya jadi teringat seorang calon wakil rakyat yang bergegas menyusun komitmen perihal orang kecil ini. Serbuan marketing modern jangan sampai mengesampingkan kebutuhan orang-orang yang berwiraswasta lewat cara-cara yang lebih "lampau". Seperti yang dijumpai Bambang Soepijanto kali ini contohnya, lewat obrolan-obrolan dekat dengan masyarakat yang juga perlu dipikirkan kemaslahatannya.


Ngayomi, Ngayemi, Ngayani

Sudah semestinya pemerintah jemput bola untuk mendengar dan mengerti keluh kesah, kegelisahan serta kebutuhan masyarakat. Sehingga prinsip keterwakilan menjadi kewajiban mutlak sebagai bagian tugas kewajiban yang diemban.

Seorang Bambang Soepijanto menyematkan jargon demikian dalam kampanye-nya untuk menjadi wakil rakyat. Beliau secara lebih detail menyuarakan demikian seperti tertuang dalam website pribadinya http://bambangsoepijanto.com/sebagai lebih dari upaya persuasi.

Sebagai pengayom, sebagai pemberi rasa nyaman, serta sebagai pelayan masyarakat; kurang lebih demikian maksud Bambang Soepijanto menggambarkan situasi peran pemerintahan ketika beliau menjabat sebagai wakil rakyat. Ketika situasi demikian yang terjadi, maka bukan tidak mungkin tataran UMKM menjadi satu hal yang diperhitungkan dalam ranah pemberdayaan masyarakat. Hidup!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun