Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Minggunya Para Guru

25 November 2018   23:27 Diperbarui: 25 November 2018   23:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: koranmemo.com

Terpujilah Wahai Engkau Ibu Bapak Guru, Namamu akan Selalu Hidup dalam Sanubariku!

Hymne guru, petikan lirik lagu tersebut mengena sekali jika dinyanyikan dalam-dalam; apalagi ini tepat dihari guru. Berperan vital dalam dinamika persekolahan, sekaligus sebagai pengajar baik dalam ranah akademis juga (semestinya) terkait moralitas. 

Seperti jam kerja yang hampir mengisi sebagian besar ketika hari terang, menyoal tentang guru memang tidak ada habisnya. Namun, pertama-tama ada yang menggelitik; gaung predikat pahlawan tanpa tanda jasa seperti kian lemah terdengar. Benarkah?!

Antara Suwardi Suryaningrat  dan Oemar Bakri

Mengulas tentang sosok guru, menarik jika dibahas tentang kedua figur tersebut. Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara) dalam perannya menciptakan pendidikan ideal (kala itu) di Indonesia. 

Sementara Oemar Bakri, 'sosok guru' yang 'dicederai' dalam lirik lagu ikonik milik Iwan Fals. Prestasi pun tak kalah mentereng, jika quote pusaka pendidikan Ki Hadjar Dewantara begitu mengakar; 'sosok guru' versi Iwan Fals pun digadang telah banyak menciptakan dokter dan insinyur. Sama-sama ada peran yang bisa kita nikmati. Baik lewat sistem pendidikan saat ini, maupun lewat headset sembari menggoyangkan kepala seketika memutar lagu Oemar Bakri.

Guru dan Praksis Kebudayaan

Tidak dipungkiri bahwa kebiasaan di sekolah mempengaruhi pola perilaku muridnya; baik saat berseragam maupun saat lulusnya nanti. Disiplin, pekik tersebut menjadi yang paling sering diperdengarkan dan harus dilaksanakan semasa sekolah. 

Harapannya, ketika dimulai dari kebiasaan kolektif menjadi sebuah praksis budaya kelak. Namun harus diakui bahwa kesemua kebiasaan tersebut tidak melulu baik; lihat saja jika bertemu teman semasa sekolah. 

Ceritanya akan lebih "meriah" jika menerawang tentang cerita-cerita yang salah namun justru mengena; kadang bisa lepas tertawa. Tidak jarang deretan nama-nama guru yang diingat malahan adalah mereka yang "terlibat" dalam berbagai peristiwa jenaka tersebut.

Bagaimana pun, guru adalah pasak keserasian hidup realitas tentang sekolah. Sehingga akronim digugu lan ditiru yang melekat dalam identitas guru dalam konteksi kini sepertinya perlu sedikit adaptif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun