Mohon tunggu...
Gerry Gratias
Gerry Gratias Mohon Tunggu... Karyawan Swasta II Penikmat Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Rumah di Yogya, Pilih Punya atau Sewa

25 November 2018   19:46 Diperbarui: 25 November 2018   20:04 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pendatang di Yogyakarta, telah banyak pahit getir manis menyoal tempat tinggal. Bersua teman sejawat, kerap sampai larut kami berdiskusi saling menimpali tentang sensasi kost-kost an masing-masing. Beda cerita bagi mereka yang 'lain aliran'. Ya, gerombolan si penyewa kontrakan. Bersanding kopi dan asap mengepul dari masing-masing bibir, tajuk ini selalu menarik bahkan sedari masa-masa mahasiswa.

Beranjak tahun, ada masa dimana obrolan tidak lagi berpaut kost-kost an atau kontrakan. Satu dua tahun belakangan, obrolan kami beranjak tentang rumah di Jogja mending beli atau sewa. Sebab memang mulai banyak kenalan yang memutuskan untuk memiliki property dikota ini. Entah itu dibayar lunas maupun KPR, tetap saja mereka tidak lagi berada ditempat tinggal dengan sewa.

Menarik, sebab baik beli maupun sewa punya "plus-minus" masing-masing. Bagi mereka yang punya tentu beralasan sebagai bentuk investasi jangka panjang. Beda bagi si penyewa, ia berpendapat bahwasannya menjadi "nomaden" punya keasyikannya sendiri. Sekalipun memang ada was-was saat masuk masa tenggat, namun berpindah tempat serta sewa (bisa saja) tidak se "bertanggung jawab" ketika jadi milik pribadi.

Lantas bagaimana dari sisi harga, ini yang kemudian menjadi pembeda diantara keduanya. Hampir nihil ditemui bahwa harga rumah didalam kawasan ringroad berada dibawah lima ratus juta. Terkecuali daerah Jogja bagian barat, dekat Jalan Kabupaten dan sekitarnya; mungkin masih ada. Beda hasil antara pendapatan dan harga properti jadi alasannya. Memang masih ada rumah-rumah murah baik yang bersubsidi maupun yang tidak, namun jika dilihat dari letaknya sangat jauh dari kota.

Kemudian bandingkan dengan harga bulanan kost yang layak, serta harga sewa rumah kontrakan didalam ringroad. Timpang memang, namun kembali lagi setiap orang punya pilihan. Seorang teman mengatakan bahwa tinggal di Jogja menguntungkan bagi mereka yang memiliki gaji "luar kota". Sebab selain harga rumah, living cost di Jogja masih yang termurah dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

Perihal jelas diungkapkan oleh para pendatang yakni tinggal di Jogja itu banyak "bonusnya". Tidak (atau belum) se rigid Surabaya atau Jakarta, namun wilayah Jogja menawarkan banyak keindahan. Sepertinya komitmen itu sejalan dengan agenda aparatur terkait. Misal seorang Bambang Soepijanto yang dalam komitmennya mewujudkan Jogja sebagai wisata edukatif serta adanya keserasian lingkungan hidup di wilayah ini.

Hal demikian menjadi orientasi para penikmat baik itu pemilik properti maupun si penyewa. Lantas, anda memilih yang mana? Silahkan saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun