Mohon tunggu...
Artefak IT
Artefak IT Mohon Tunggu... Ilmuwan - Gerry : Peneliiti dan Praktisi di bidang Teknologi Informasi

GERRY FIRMANSYAH. # pernah kuliah di : UNPAD - Jurnalistik # Politeknik ITB - Teknik Komputer (A.Md) # ITB - Informatika (S.T) # UI - Magister Teknologi Informasi (M.Kom) # UI - Program Doktor Ilmu Komputer (Dr.)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Revolusi internet dari Satelit : Apa bedanya LEO dan Palapa

20 Agustus 2024   11:30 Diperbarui: 20 Agustus 2024   14:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam episode terbaru Podcast BATIK (Bicara TIK) yang dirilis pada bulan Juni 2024, Dewan TIK Nasional mengadakan diskusi menarik dalam bentuk Podcast Dewan TIK Nasional, dalam diskusi tersebut membahas mengenai pemanfaatan satelit LEO (Low Earth Orbit) . Ibu Sylvia Sumarlin, anggota Dewan TIK Nasional, berbagi pandangannya tentang kebijakan pemerintah yang baru-baru ini mengizinkan penyedia layanan internet asing untuk memberikan akses melalui satelit LEO. Menurut Ibu Sylvia, inisiatif ini sangat positif karena dapat meningkatkan konektivitas di daerah-daerah terpencil yang sebelumnya sulit dijangkau. Dengan adanya akses internet yang lebih luas, wilayah-wilayah tersebut berpotensi mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kehadiran bank dan lembaga pendidikan juga menjadi lebih mungkin, karena konektivitas yang mendukung berbagai aktivitas penting. Namun, Ibu Sylvia mengingatkan bahwa ada pertanyaan besar yang harus dijawab: "Sampai kapan kita memberikan kelonggaran bagi penyedia layanan asing ini di Indonesia?" Menurutnya, kedaulatan digital harus menjadi prioritas. Indonesia seharusnya mampu menjadi negara yang mandiri dalam hal penyediaan layanan ini.

Ia mengusulkan agar pemerintah memberikan batas waktu tertentu, misalnya 5 tahun, untuk penggunaan layanan dari penyedia asing tersebut. Selama periode ini, pemerintah harus fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur yang memungkinkan Indonesia untuk menyediakan layanan serupa secara mandiri. Sebagai contoh, Ibu Sylvia menyebut pentingnya melanjutkan atau memulai kembali proyek pembuatan satelit LEO oleh Indonesia. Dengan komitmen dan pembiayaan yang cukup untuk riset dan pengembangan, dalam kurun waktu tertentu—mungkin 5 hingga 8 tahun—Indonesia bisa menjadi penyedia layanan internet melalui satelit yang mandiri. Akhirnya, Ibu Sylvia menegaskan bahwa ketergantungan yang berkelanjutan pada penyedia asing bisa membawa risiko ketidakseimbangan dan ketergantungan jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk membangun kemandirian digital secepat mungkin.

Satelit LEO (Low Earth Orbit) adalah satelit yang mengorbit Bumi pada ketinggian yang relatif rendah, biasanya antara 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan Bumi. Karena berada dekat dengan Bumi, satelit LEO dapat memberikan koneksi internet yang lebih cepat dan responsif. Contohnya, layanan internet dari satelit LEO bisa digunakan untuk memberikan akses internet di daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan kabel atau fiber optik. Berbeda dengan Satelit Palapa, yang dikenal oleh banyak orang Indonesia, satelit ini adalah bagian dari serangkaian satelit komunikasi geostasioner yang beroperasi di orbit yang lebih tinggi, sekitar 36.000 kilometer di atas Bumi. Satelit Palapa berada di posisi tetap relatif terhadap Bumi, sehingga bisa melayani area yang luas seperti seluruh wilayah Indonesia dan sekitarnya.

Perbedaan utama antara satelit LEO dan Palapa terletak pada ketinggian orbit, waktu respons, dan cakupan area. Satelit LEO mengorbit di ketinggian rendah, sementara Palapa mengorbit di ketinggian tinggi. Akibatnya, waktu respons atau "latency" satelit LEO lebih rendah, artinya data bisa dikirim dan diterima lebih cepat, sedangkan Palapa memiliki waktu respons lebih tinggi karena jarak yang lebih jauh, namun cakupannya lebih luas. Setiap satelit LEO mencakup area yang lebih kecil, sehingga biasanya diperlukan banyak satelit untuk mencakup wilayah yang luas, sedangkan satelit Palapa cukup satu untuk melayani negara seperti Indonesia.

Untuk memudahkan pemahaman, bayangkan Anda sedang mengirim pesan dari puncak gunung yang jauh dari kota. Jika menggunakan satelit LEO, pesan Anda bisa sampai lebih cepat karena satelitnya lebih dekat ke Bumi. Namun, jika menggunakan satelit Palapa, meskipun lebih lambat, Anda bisa tetap terhubung meski berada di lokasi yang sangat jauh, karena cakupannya yang luas. Jadi, satelit LEO lebih cocok untuk kecepatan dan respons cepat, sementara satelit seperti Palapa cocok untuk menjangkau wilayah yang luas.

Untuk mengakses layanan internet dari satelit LEO, beberapa perangkat dan infrastruktur khusus diperlukan. Pertama, Anda membutuhkan antena satelit khusus yang dirancang untuk menangkap sinyal dari satelit yang bergerak cepat di orbit rendah. Antena ini biasanya lebih kecil dan dapat dipasang di rumah atau di kendaraan, sering disebut sebagai terminal pengguna atau dish. Contoh terkenal dari antena ini adalah antena dari layanan seperti Starlink. Selain antena, diperlukan juga modem satelit yang berfungsi mengubah sinyal dari antena menjadi data yang bisa digunakan oleh perangkat lain seperti komputer atau router Wi-Fi. Setelah sinyal diterima dan diubah oleh modem, router Wi-Fi biasa digunakan untuk mendistribusikan koneksi internet ke perangkat lain seperti smartphone, laptop, atau tablet.

Perangkat mobile seperti smartphone, tablet, dan laptop bisa digunakan untuk mengakses internet yang disediakan oleh satelit LEO. Namun, perangkat mobile ini tidak terhubung langsung ke satelit LEO. Perangkat mobile akan terhubung ke internet melalui router Wi-Fi yang telah terhubung dengan antena satelit LEO melalui modem. Beberapa perusahaan sedang mengembangkan teknologi yang memungkinkan perangkat mobile terhubung langsung ke satelit LEO tanpa perlu antena khusus, tetapi ini masih dalam tahap pengembangan dan belum tersedia secara luas. Kesimpulannya, saat ini untuk mengakses layanan satelit LEO, diperlukan perangkat khusus seperti antena dan modem satelit. Perangkat mobile bisa digunakan, tetapi mereka perlu terhubung melalui router Wi-Fi yang sudah mendapatkan sinyal dari satelit LEO. Dengan teknologi yang terus berkembang, kemungkinan di masa depan kita bisa mengakses satelit LEO langsung dari perangkat mobile tanpa peralatan tambahan.

* podcast wantiknas : Podcast Dewan TIK Nasional

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun