Mohon tunggu...
gerry katon
gerry katon Mohon Tunggu... Dosen - UNISA Yogyakarta - Pengajar dan Pemerhati

Hidup Bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Disneyland Mampir ke Jogja

20 Januari 2017   11:50 Diperbarui: 20 Januari 2017   12:15 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya terkejut, ketika membaca artikel berita media cetak pagi itu, dalam berita disebutkan bahwa surveyor Disneyland sedang melakukan kegiatan survey di Kabupaten Kulonprogo DIY dengan tujuan utama kemungkinan membuka dan mendirikan wahana Disneyland di wilayah tersebut. Sejenak saya bergumam, wow luar biasa sekali daya tarik Yogyakarta hingga mampu menarik investor kelas wahid untuk berinvestasi di daerah ini. Tapi sebenarnya, memang tidak salah jika para investor melirik Yogyakarta sebagai salah satu spotterbaik untuk pengembangan bisnis apapun.

Suasana wilayah kondusif, ketersediaan lahan (terutama didaerah Kulonprogo dan Gunung Kidul), fakta sebagai destinasi utama wisata (bersama Bali) baik domestik maupun internasional merupakan beberapa nilai jual terbaik Yogyakarta di mata para investor. Kulonprogo sebagai salah satu Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akhir-akhir ini memang sedang naik daun. Faktor utama naik daunnya Kulonprogo, terutama dalam bidang ekonomi dan investasi tidak lain dan tidak bukan adalah berkat rencana kehadiran bandar udara bertaraf internasional. Meskipun sampai saat ini masih berkutat pada persoalan pembebasan lahan warga, namun tetap saja gaung dari pendirian Bandar udara ini mampu menyedot perhatian banyak kalangan, terutama para investor baik lokal maupun nasional, dalam maupun luar negeri yang dengan sangat sigap menangkap multiplier effectdari berdirinya Bandar udara tersebut.

Jika kita berasumsi dengan data yang ada, data tahun 2015 menyebutkan bahwa penumpang Bandar udara Adisucipto Yogyakarta berjumlah 5,8 juta penumpang atau lima kali lipat dibandingkan dengan daya tampung yang tersedia yakni berkisar diangka 1,2 juta penumpang (adisutjipto-airport.co.id). Jika nantinya Bandar udara sudah resmi dialihkan ke Kulonprogo dengan daya muat yang disinyalir sanggup menampung 15 juta penumpang per tahun (m.bisnis.com) maka potensi ekonomi di sekitar wilayah Bandar udara secara khusus dan Kulonprogo secara umum dipastikan akan menggeliat sangat pesat.

Dalam konteks Disneyland ini, penulis juga memiliki keyakinan yang kuat bahwa pengembang bisnis wahana permainan bertaraf internasional tersebut sangat mempertimbangkan keberadaan calon Bandar udara baru sebagai bagian utama dari faktor penarik dan meligitamasi mereka bahwa “kita harus mensurvey wilayah Kulonprogro sebagai calon lokasi terbaru”. Disneyland akan menjadi tempat yang sempurna bagi para wisatawan terutama yang menggunakan moda transportasi udara untuk singgah maupun berkunjung ke Yogyakarta karena jarak yang relatif terjangkau.

Masyarakat, Setuju atau Tidak ?

Meskipun untuk saat ini masih dalam tahapan pelaksanaan survey, namun tidak dapat dipungkiri gejolak sudah mulai terasa aromanya, terutama di ranah media sosial. Ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju. Semua itu diungkapkan oleh masyarakat media sosial Yogyakarta dengan nada yang tidak terlalu serius, namun justru kaya makna. Pihak yang setuju akan pembangunan Disneyland di Kulonprogo pada umumnya berasumsi bahwa sudah saatnya Yogyakarta, khususnya Kulonprogo memiliki wahana wisata kelas dunia yang tidak hanya mampu menarik wisatawan lokal, namun juga internasional secara lebih signifikan.

Dengan adanya Disneyland, akan tersedia lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar Kulonprogo melalui wahana tersebut ataupun dengan berdirinya hotel, restoran, dan tempat perbelanjaan sebagai kawasan wisata “penyangga”. Ada juga pendapat lain bahwa sudah saatnya Kulonprogo menyamai Singapura, yahminimal sama-sama bestatus sebagai lokasi berdirinya Disneyland di dunia. Dari pihak yang tidak setuju, suara-suara ketidaksetujuan ini lebih berdasarkan pada kondisi Yogyakarta yang semakin hari semakin macet (meskipun rencana lokasi pembangunan Disneyland tidak berada pada titik kemacetan rutin), ancaman hilangnya local wisdom bila Disneyland dan modal asing lainnya masuk serta menguasai investasi di Kulonprogo (hal ini sejalan dengan kekhawatiran melalui semboyan Jogja Ora Didol).

Dari kedua pihak yang pro kontra tersebut sebenarnya dapat ditarik benang merah bahwa pihak pro pada umumnya adalah pihak yang berorientasi terhadap pembangunan daerah secara pesat dan keuntungan secara ekonomi sedangkan pihak kontra lebih diwakili oleh kalangan yang sangat mencintai Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai wilayah yang memiliki warisan dan ciri khas budaya Jawa yang sangat kental, para pejuang kearifan lokal dan tidak rela warisan leluhur ini “dijajah” oleh kekuatan modal. Sekarang terserah anda, setuju atau tidak Kulonprogo menjadi Disneyland ketujuh di dunia ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun