[caption id="attachment_195224" align="aligncenter" width="412" caption="foto : centraldemokrasi.com"][/caption]
Terjadinya serangkaian penembakan di Merauke, Keerom, Paniai, dan Deiyai Provinsi Papua selama sepekan terakhir, kendati masih terus diselidiki oleh aparat Polri dan TNI, namun motifnya tak jauh dari tuntutan Papua Merdeka.
Karenanya, Kapolres Paniai Ajun Komisaris Besar Anton Diance langsung menunjuk pelakunya adalah TPN-OPM (Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka). "Yang kami tahu bahwa kelompok OPM pimpinan John Yogi selama ini kerap berulah di Paniai dan saat ini masih dikejar," ujar Kapolres Paniai. http://us.fokus.news.viva.co.id/news/read/345694-kekerasan-di-papua-tak-pernah-usai--mengapa-
Sementara Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Jansen Simanjuntak menyimpulkan, aksi penembakan di beberapa daerah itu diduga bermotif balas dendam dari kelompok yang selama ini berseberangan dengan pemerintah.
http://www.fajar.co.id/read-20120823220826-penembak-di-papua-belum-terungkap
Jika benar bahwa pelakunya dari kelompok TPN-OPM maka tidaklah sulit mengungkap motifnya. Karena sejak awal berdirinya, misi utama OPM adalah menjadikan Tanah Papua sebagai sebuah negara yang memiliki kedaulatan sendiri, aliasmemisahkan wilayah Papua dari NKRI. Misi awal itu ditanamkan oleh penjajah Belanda sebelum mereka hengkang dari bumi cenderawasih itu tahun 1963.
Dalam upaya mewujudkan misinya itu, sejumlah pemberontakan sporadis telah dilakukan, namun selalu kandas oleh barisan rapat TNI yang ditugaskan untuk menjaga kedaulatan NKRI di Tanah Papua.
Mata Rantai
TPN-OPM tidak mau begitu saja menyerah kalah. Mereka lalu mencari upaya lain. Di antaranya adalah mencari dukungan dari Negara-negara luar yang memiliki kepentingan dengan kekayaan alam Papua. Tokoh-tokoh OPM yang lari ke luar negeri karena takut ditangkap ABRI waktu itu, membangunhubungan (diplomatic) dengan Negara yang menampung mereka, seperti Belanda, Inggris, Australia, Vanuatu dan PNG.
OPM memang berhasil mendapatkan dukungan itu. Tetapi rumusan tepatnya adalah pemberontakan kelompok OPM itu dipelihara oleh kelompok kepentingan tertentu, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, untuk sewaktu-waktu dimanfaatkan (simbiosis mutualisma). Semoga mereka segera menyadarinya.
Kembali ke pertanyaan, apakah tuntutan Papua Merdeka haruskah Ditolak? Jawabannya, tentu saja HARUS. Karena selain bertentangan dengan prinsip kedaulatan sebuah Negara yang sudah 67 tahun merdeka, tuntutan itu juga tak punya hakekat yang jelas. Di pihak lain tuntutan itu justru lebih banyak dijakadikan alat bagi pihak asing untuk memenuhi kepentingan ekonomi mereka. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H