Mohon tunggu...
gerry setiawan
gerry setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aktivis jaringan epistoholik jakarta (JEJAK) Editor Buku "Internasionalisasi Isu Papua, Aktor, Modus, Motiv" Penerbit: Antara Publishing (2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Data Korban di “Jalur Neraka”

15 Februari 2012   03:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1329277315691375127

*) Selama 3 tahun terakhir : 15 Tewas dan 54 Terluka

Kantor berita Antara pekan lalu merilis jumlah korban penembakan yang terjadi di areal PT. Freeport Indonesia (PT FI), di Mimika, Papua. Sejak Juli 2009, tercatat 15 orang tewas dan 54 lainnya terluka akibat penembakan oleh kelompok bersenjata tidak dikenal di areal PT FI. Demikian data Antara yang dirilis Media Indonesia.

http://www.mediaindonesia.com/read/2012/02/09/297303/290/101/15-Orang-Tewas-Tertembak-di-Areal-Freeport

Sementara menurut KontraS Jakarta, sesuai siaran persnya tanggal 25 November 2011 datanya tidak jauh berbeda. Sejak Juli 2009 sampai dengan November 2011 telah terjadi 26 kali penembakan. Dengan rincian : 2009 sebanyak 12 kali, 2010:1 kali, 2011: 13 kali. Jumlah korban tercatat 16 orang tewas dan sekitar 48 luka-luka (tidak termasuk peristiwa gorong-gorong). Rincian korban tewas : dari Polisi (2 orang), Karyawan PTFI (11 orang), Masyarakat Sipil/Non karyawan (3 orang). Sedangkan korban lukadari TNI: (2 orang), Polisi (16 orang), Karyawan PT FI (30 orang), masyarakat Sipil/Non karyawan (tidak ada). Beberapa diantara korban adalah warga/tenaga kerja asing.

Jalur Neraka

Dalam catatan KontraS, Mile 35 sampai Mile 61 ibarat jalur neraka. Sepanjang kurun 2009-2011semua penembakan terjadi di antara Mile 35-57 (Mile 35-42: 11 kali, Mile 49-57: 10 kali, dan Mile 45: 3 kali) dan Mile 61: 1 kali. Catatan ini di luar penembakan anggota SPSI di terminal gorong-gorong dan Penembakan Kelly Kwalik). Kondisi alam disekitar mile tersebut diatas, dimana penembakan terjadi, hampir semuanya (sebelah kiri-kanan jalan) adalah hutan. Jalan atau mile tersebut tidak boleh dilewati selain kendaraan PTFI khusus dari mile 32. Padahal, disekitar mile dan tempat-tempat penembakan itujuga ada beberapa pos jaga TNI-Polri. Seperti di Mile 32, Mile 34, Mile 50, Mile 54, Mile 64 dan Mile 66.

Masih mengutip catatan KontraS, waktu penembakan banyak terjadi pada pukul 11.30-13.00 WIT (10 kali), 05.30-08.00 WIT (6 kali), 14.00-15.00 (4 kali), 00.15 WIT (1 kali) dan 18.00 WIT (1 kali) 16.45 (1) dan 09.45 (1 kali). 2009-2011: Penembakan pada Kendaraan Patroli /pengangkut pasukan keamanan (13 kali), Bus karyawan (9 kali), Kendaraan pengangkut logistic/trailer (3) dan bedeng/tempat peristirahatan penambang tradisional (1 kali).

http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=1412

Jika data dari KontraS kita tambahkan dengan dua kali aksi penembakan yang terjadi awal tahun 2012 ini serta peristiwa gorong-gorong, maka datanya menjadi 20 orang tewas dan 57 luka-luka.

Gakum dan Tim Terpadu

Dari data-data di atas setidaknya menggambarkan bahwa sebagian dinamika gejolak Papua berada di di areal PT. FI. Memang dinamika gejolak Papua itu pemicunya tidaklah tunggal, karena masih ada aksi penembakan di lainnya bermotifkan tuntutan merdeka, serta gejolak politik terkait masalah Pilkada.

Kendati patut diduga bahwa ada kaitan antara penembakan di areal PT FI dengan tuntutan merdeka, namun penegakan hukum (gakum) secara serius dan intens terhadap kasus penembakan di areal PT FI, setidaknya bisa menjadi salah satu solusi untuk meredam gejolak Papua.

Pertanyaannya, sudah berapa orangkah pelaku penembakan di areal PT FI yang sedang diproses hukum? Jangan-jangan belum satupun pelaku penembakan yang terjerat hukum, karena sudah sangat sering kita membaca argumen Polri di media bahwa kondisi medan yang berat menjadi kendala bagi Polri untuk menangkap para pelaku penembakan itu.

Sekali lagi, jika kita ingin agar gejolak Papua segera reda, perhatikanlah faktor keamanan masyarakat di sana dari gangguan kelompok milisi bersenjata. Siapapun mereka, apapun ideologinya, wilayah itu adalah wilayah KEDAULATAN NKRI. Adalah tugas Polri dan TNI untuk mengamankannya dari gangguan pihak manapun, baik dari dalam maupun dari luar.

Mengutip saran bijak dari Bambang Widodo Umar, pengamat Kepolisian Universitas Indonesia, sudah saatnya dibentuk tim terpadu yang terdiri dari berbagai institusi terkait, termasuk polisi dan TNI. Dengan demikian, persoalan penembakan yang terjadi di Papua dapat diselesaikan tuntas dengan melihat akar masalah yang ada. Sebab, katanya, persoalan yang muncul di Papua, terkadang bersumber dari persoalan yang ada di institusi dan pemerintah daerah sendiri.

http://www.sinarharapan.co.id/content/read/penembakan-di-papua-polri-berharap-bantuan-tni/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun