Kupikir ada yang tidak beres dengan keinginanku ketika ingin kaya mendadak tanpa kerja. Keinginan itu bukan kebetulan muncul ketika demam NFT lebih panas dari demam covid 19.
Sejak dulu saya terobsesi jadi orang kaya tanpa kerja keras, sejak masa Google Adsense booming. Kira-kira dua puluh tahun yang lalu. Senang sekali melihat orang kebingungan ketika saya memberi penjelasan tentang Adsense.
Sangkaku orang masih "bodoh-bodoh" berhadapan dengan pesona NFT saat ini. Namun ternyata perkembangan internet membuat orang cerdas-cerdas. Peluang mendadak kaya lewat jualan NFT tersedia di jaringan internet dan dapat diakses oleh siapa saja. Menariknya, NFT yang sejatinya untuk Non Tangible Token dimengerti secara bebas oleh warga dunia.
Jika wajah selfie seseorang bisa menjadi NFT yang terjual mahal, apa bedanya sama baju, celana, bra, celana dalam, batu kali bahkan foto KTP.Â
Semua barang NFT ini terpampang bersama lukisan, karya seni, patung, desain digital dan macam-macam barang langka lainnya di Open Sea.
Aku juga tergoda, tetapi sadar kalau tidak ada satu skill-pun yang bisa kuaplikasikan untuk menciptakan sesuatu yang bisa dikategorikon sebagai NFT. Tetapi selalu ada jalan menjadi kaya mendadak. Sebuah keuntungan memiliki otak mesum.
Di daguku ada sebuah tahi lalat kecil. Di dekatnya ada kumis yang bertumbuh subur. Jika saya ambil fotonya, diedit sedikit dengan aplikasi yang berseliweran di smartphone, pasti bisa jadi foto yang unik.
Lalu di bagian penjelasan, kuberitahu kalau foto itu diambil dari bagian paling pribadi. Bahasa Inggrisku tidak terlalu mengecewakan kalau sekedar memberi penjelasan foto. Semoga saja ada yang mesum di luar sana yang kepincut membeli foto ini dengan harga mahal. Satu miliar kira-kira.
Tidak, saya tidak jadi mengambil foto tahi lalatku, apalagi menjualnya. Akun Open Seaku cuma akun doang. Dompet kripto MetaMask milikku juga masih belum ada dolar.
Mungkin suatu saat baru main NFT. Apalagi saat ini harga NFT turun drastis. Fokusku sekarang hanya pada isi dompet kulitku untuk beli nft (nasi, fruit, telur)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H