Baru-baru ini, dilansir dari kabar online CNN, Menteri Kesehatan Thailand, Anutin Charnvirakul memberi kabar baru tentang kebijakan ganja terbaru di negeri Gajah Putih. Ini adalah kebijakan kedua yang menyedot perhatian internasional setelah kebijakan yang keluar tahun 2018, memberi lampu hijau penggunaan ganja untuk kepentingan medis.
Tahun 2022 ini, pemerintah bahkan memberi izin kepada warganya untuk menghijaukan Thailand dengan tanaman ini. Satu juta tanaman ganja akan dibagi secara gratis untuk ditaman. Kebijakan ini akan berlaku pada Juni nanti.
Sangat menarik, sang menteri ingin agar ganja bisa dibudidayakan seperti tanaman holtikultura rumah tangga lainnya. Dengan demikian tanaman ini bisa menjadi cash crop, tanaman perdagangan, yang memberi manfaat bagi petani.
Rupanya ada keuntungan ekonomi di balik kebijakan sejuta ganja ini. Eksekusinyapun menurutku sangat cerdas. Dalam unggahan Facebooknya sang Menteri menyampaikan kalau seluruh bagian tanaman ini akan digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan sesuai dengan rencana pemerintah Thailand terkini.
Jadi kalau nanti kita berlibur ke Phuket atau mana saja, kemungkinan besar seafood yang kita pesan ada ganja-ganjanya. Rasa makanan makanan yang dimasak bersama ganja akan jadi lebih lembut, enak dan menenangkan jiwa.
Wah, kubayangkan rasanya jalan-jalan ke sana sambil lihat-lihat ganja tumbuh gembira sebagai tanaman sela di kebun jagung, atau di taman bunga masyarakat Thailand.
BAGAIMANA REGULASINYA?
Kebijakan Thailand ini tampak kontraproduktif dengan usaha berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara, dalam memerangi penyebaran narkotika ilegal. Alih-alih menjadi kaku dengan proses penegakan hukum atas ganja, Thailand malah mengizinkan warganya menanam dan menggunakannya.
Tetapi sampai mana batasannya?
Kitty Chopaka, seorang pebisnis ganja di Bangkok memberitahu CNN, bahwa hukum ini dimaksudkan untuk membuka jalan bagi orang-orang untuk menggunakan tanaman ganja dalam teh atau sup obat.