Mohon tunggu...
Geris Peri
Geris Peri Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Hobi saya bermain futsal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mulai dari Mana

28 Januari 2024   20:55 Diperbarui: 31 Januari 2024   12:10 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Siang itu matahari sangat-sangat membakar. Awan yang malu untuk hadir diantara langit membuat hari itu begitu panas. Suasana kelas yang panas serta di iringi suara kipas yang berputar begitu kencang membuat aku begitu tenang dengan suasananya sembari mengistirahatkan tubuh yang begitu lelah dengan apa yang terjadi seharian di sana Kami mendapatkan sebuah proyek yang mengharuskan kami untuk menampilkan sesuatu yang khas dari daerah yang kelas kami dapat berdasarkan hasil undian. Aku dan teman-temanku sudah melakoni sesi latihan dengan waktu yang lama, sehingga kami berpikir jika alangkah baiknya bagi kami untuk beristirahat. Aku pun mulai duduk dengan menyandarkan kepalaku dimeja sembari menerima angin sejuk yang dihembuskan oleh kipas di atasku. Namun istirahat dan ketenangan yang aku rasakan itu perlahan hilang dan akhirnya lenyap begitu saja. Keributan antara Rara selaku ketua panitia 1 yang sedang menegur dodi dengan nada yang lumayan tinggi pada saat kami istirahat membuatku terganggu dan tidak hanya aku saja, keributan itu sontak mencuri semua siswa yang berada di dalam kelas, yang sedang beristirahat mendinginkan tubuh yang panas sehabis latihan di siang itu. “ Woiii dodi, latihan yang serius lah plisss, dari tadi aku lihat kau main game terus kalau ga main game ya pasti bercanda sama si robi, dari 36 orang siswa di sini, cuman kaulah yang paling kelihatan malas berlatih, ayolah latihan yang serius!!” Ucap Rara kepada dodi dengan nada tinggi dan suara sedikit keras. Dodi yang mendengar perkataannya tersebut seketika merasa tidak terima, dan mengeluarkan ekspresi mengejutkan seolah mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Rara itu semua tidak benar. “ Lahh, ini kan lagi saatnya istirahat makanya aku main game, yang lain juga lagi asyik dengan gamenya masing-masing kok” Ujar Dodi yang seperti berusaha membenarkan diri Rara pun menjawab dengan tegas “ Mereka bermain game karena mereka juga sudah berlatih dengan serius, memang benar kata kau sekarang lagi istirahat, namun yang ku lihat kau dari awal latihan sudah gak serius, main game lah, bercanda lah, lari-larian lah, bagus kah seperti itu?!” Jawab Rara kepada Dodi. Aku dan teman-temanku yang mendengar keributan itu langsung menghampiri mereka berdua. “Kenapa ini?, kok berantem, ganggu orang istirahat saja” Kataku dengan ekspresi wajah seperti kucing yang diganggu tidurnya. Rara yang mendengar pertanyaanku pun langsung menjawab “ Ini loh si dodi, susah kali di atur bah, di suruh latihan yang serius malah malas-malasan, malah main game, bercanda, bagaimana aku gak emosi coba?” “LOH, SEKARANG AKU TANYA, INI WAKTU LATIHAN ATO ISTIRAHAT? ISTIRAHAT KAN? YA AKU JUGA BERHAK DONG UNTUK ISTIRAHAT AMA MAIN GAME, DIKIRANYA NDA PANAS KALI CUACA KAYAK BEGINI” Jawab si Dodi sembari membenarkan diri dengan nada yang ngegas “ IHHH, KAU NI NDA BISA DIKASI TAU SEKALI AHH. DAH KUBILANG TADI INI EMANG ISTIRAHAT, TAPI AKU NEGUR KAU GARA2 TADI PAS LATIHN KAMU ITU NDA PERNAH SERIUS SAMA SEKALI, KAU ITU KEPANASAN KARNA DARI TADI KERJAMU ITU LARI-LARIAN TERUS, NDA KAYAK TEMAN-TEMAN YANG KEPANASAN AMA CAPKE KARNA LATIHAN, PALA BATU KALI LAH KAU NI!!” ucap si Rara berusaha menyadarkan Dodi sambil emosi. “DAHLAH TERSERAH LU, DAH MALAS AKU GILA, DARRR!!!” Balas si Dodi kepada Rara sambil teriak dan membanting pintu. “WOI DODII!!” Teriak Rara memanggil dodi yang pergi keluar kelas. Dodi yang marah sama sekali tidak merespon, bahkan mendengar Rara. Sontak hal ini membuat Rara yang juga marah menangis, air mata mulai mengalir ke pipinya dan jatuh ke lantai. “Sudah-sudah, jangan pake nangis segala, nda enak dilihat tau.” Kataku kepada Rara sambil menenangkan. “Ya mau gimana lagi, aku dah benar-benar capek, aku dah berusaha tapi ada aja yang nda bisa diatur kayak si Dodi itu,” ucap Rara sambil nangis. Aku dan teman-temanku yang melihat pertengkaran itu tidak tinggal diam. Kami langsung memikirkan solusi untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak merambat hingga kemana-mana. Kami akhirnya memutuskan untuk evaluasi (walaupun sebenarnya lebih ke arah curhat sih). Tapi sebelum itu kami harus mengumpulkan semua warga kelas terlebih dahulu, termasuk Dodi yang tadi pergi untuk melampiaskan amarahnya. Akhirnya kami semua sudah berkumpul, Kami semua duduk melingkar. Dodi juga duduk dengan wajah yang masih penuh amarah dengan sorot matanya yang tajam. Rara juga duduk dengan wajah yang juga penuh amarah, walaupun sebenarnya lebih ke arah lelah dan frustasi yang ditandai dengan matanya yang merah karena habis menangis. Disini aku berinisiatif untuk memimpin jalannya “evaluasi”. Aku membuka evaluasi dengan membahas segalah masalah yang muncul. Setelah semua masalah dibahas, aku meminta kepada siapa saja tanpa terkecuali, untuk menceritakan segala keluh kesah mereka selama ini. Akhirnya terungkap sudah kalau banyak sekali masalah yang dipendam, mulai dari ketidaksenangan kepada satu sama lain, masalah pribadi yang sampai kebawa ke proyek, masalah yang memang ada dari diri sendiri, frustasi, dan lain sebagainya. Awalnya banyak yang saling tidak terima karena tidak disenangi, terutama Dodi dan Rara yang memang baru saja bermusuhan. Melihat hal itu, aku langsung mengajak mereka untuk mencari solusi dari setiap masalah yang ada satu persatu. Mulai dari membahas masalah dan meluruskan sudah aku lakukan, sekarang tinggal masing-masing orang menunjukan kedewasaannya, apakah mau menerima segera menyelesaikan semua permasalahan dengan cara saling meminta maaf atas segala kesalahan yang diperbuat. Awalnya mereka enggan untuk melakukan hal itu karena malu, tapi sekali lagi aku tekankan kepada mereka tentang kedewasaan. Akhirnya mereka satu persatu mulai berdamai, saling salaman dam meminta maaf. Semua sudah berdamai, sekarang terisa Dodi dan Rara yang masih menyimpan rasa benci satu sama lain. Aku dengan kata-kataku yang manipulatif dan disertai kebenaran, membujuk mereka berdua agar segera saling meminta maaf, tak peduli siapa yang berbuat salah terlebih dahulu, yang penting masalah selesai. “Dodi, aku minta maaf yang karena tadi sudah kasar sama kamu, aku tadi itu sudah frustasi, apalagi aku inikan ketua, kalo ada yang tidak beres nanti aku yang disalahkan oleh guru,” Ucap Rara meminta maaf kepada Dodi sembari meminta maaf. “Aku juga minta maaf Ra, aku sadar klo aku memang nda serius waktu latihan, aku malah merasa paling benar,” ucap Dodi yang juga meminta maaf kepada Rara. “Berarti ini masalahnya sudah selesai ya, aku nda mau lagi lihat kalian kelahi lagi.” Aku berkata kepada mereka dengan perasaan lega “Iyaa,” ucap mereka berdua secara serentak. Akhirnya semua permasalahan sudah selesai, aku melanjutkan istirahatku dan nanti akan lanjut untuk latihan lagi. Disetiap pekerjaan yang dilakukan dalam kelompok, pasti akan ada permasalahan, jadi kalo kena masalah dengan teman, mending kta omongin baik-baik aja deh. TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun