Mohon tunggu...
UGAII PIHAUTOO
UGAII PIHAUTOO Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Salah satu hobi saya antara dari beberapa hobi ialah Membaca dan menulis serta berdiskusi dengan teman - teman dan orang sekitar diamana saya tinggal,dan berjumpa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menangislah Bumi-ku

26 Januari 2024   15:14 Diperbarui: 26 Januari 2024   15:24 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar dari Facebooo

Hujan dan badai menerpa di setiap sudut menjadi gelap gulita

Bumi marah dan langit pun merintihkan air mata 

Pohon pepohonan tumbang meronta, 

Batu bebatuan mengikis merata, 

Super marketing tempat mengadu nasib 

Pemberi seribu harapan bukan hanya segenggam bekal sehari 

Ternyata super marketing itu tersapu rata bagai hujan membasahi

Dan semua tanaman terbasmi bagai longsor bumi menggoncang 

Kini batu pasir telah meratakan 

Tembok beton pun di dudukan

Tiang besi juga di berdirikan kokoh

Tower tertanam siap menginjak dan membunuh 

Setiap sudut ruang terang benderang 

Secercah harapan terhanyut di telang

Mau mengadu kepada siapa lagi?

Tubuh yang kekar layulah sudah ditangan besi

Tubuh ini lapar juga dahaga

Kering bagaikan hanya seseorang di gurun sahara

Mau cari dimana lagi? Kepada siapa lagi?

Tanahku telah di remuk kini jantungku tak berdegup

Bumi menggoncang langit pun mendung

Laut menderu pohon pun tumbang

Hujan badai datang tanpa diundang

Namun itu hanyalah tipu sebab pasti ada sebab

Jiwa yang tenang dan hati damai kini di rengut hilang dalam badai yg tak akan bersemi kembali 

Semua mengalir deras dan terhanyut terbawa arus dalam suasana era modern

Semua yang dulu merindu kini tinggal bayang semu 

Semua mau menjadi matahari biar menerangi jagad raya

Mencakar langit dalam setitik kolong carum

Tak duga itu hanya membuka pancaran terik panas membakar tubuh

Untuk menjadi cahaya di tengah kebohongan yang gelap tapi itu bukan saatnya sebab itu hanyalah sebuah fatamorgana yg menerawang tapak batas waktu. 

...

( YT )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun