Dia yang dengan sabar, menantikan kelopak bunga mawar itu mekar lagi. Diambilnya segelas air, lalu disiramnya akar mawar yang ia sembunyikan di balik jari-jari tangannya, lalu larut ia dalam perasaan. Pandangannya semakin gelap, tak mampu berpegang pada tangkai bunga itu. Ia merintih, lengannya tergores, tertusuk duri kering mawar itu, lalu berdarah. Ia, sang pemilik mawar, diperhatikannya lekuk kaku pada helai daun itu. Setiap helai daun itu adalah penantiannya, perlahan gugur, menyisakan sesak yang mengalir pada pembuluh nadi, hingga terasa sulit bernapas. Â Tangkai bunga mawar itu dipegangnya erat, sudah semakin rapuh dan tidak ada harapan lagi.Â
Niko Nababan
Palembang, 27/1/25
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI