Gerimis kecil tampak jelas
di bawah lampu penerangan jalan
menggelitik rambut-rambut halus
di pergelangan tangan
di malam itu
mantel kecil di tubuhku
mendesis
mengajak bercengkrama
"Kulindungi tubuh gempalmu, rate satu -- seratus."
Beberapa wacana
telah aku simpan
di dalam saku celana
sambil melaju
di ruas jalan aspal
yang tampak putus asa
oleh beberapa genangan
Aku berhenti
di persimpangan lampu merah
kusiapkan pose terbaik
kali aja bisa viral di pos pemantauan
jepret (1)
jepret (2)
Jepret (3)
"Tet"
suara klakson kendaraan saling bersahutan
keluaran baru
yang nyaring bunyinya
yang jadul
enggan unjuk gigi
ples enam dua
siap tancap gas
Aku melaju
di belakang mobil bak hitam
mengikuti jejak liat
di sepanjang jalan
pria-pria paruh baya
seorang tersenyum kepadaku
bersenandung gerimis
sembunyikan gelisah
serta lelah di wajah
pahlawan perbaikan jalan
bersandar di bak belakang
dua tampak bercakap-cakap
lainnya tampak merindu
keluarga kecil sedang menunggu
Aku berseteru
dengan diriku dua puluh tahun lalu
tentang bagaimana afeksi
yang dibumbui berbagai jenis kebohongan
di cekoki para dewasa di masa itu
hingga kisah indah
bermuara di meja-meja pekantoran
di dalam gedung-gedung megah
Kemudian berlalu
motor bututku terlihat semakin percaya diri
kulepaskan sebuah senyuman perpisahan
lalu putar balik
mari kita jemput
si gahar gacoan dan si manis sluku bathok
Palembang, 30 Desemper 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H