Mohon tunggu...
Gerardo Dicky
Gerardo Dicky Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Sosiologi, FISIP, Atma Jaya, Jogja -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kontroversi Brent Spar: Sebuah Contoh dari Komunikasi Resiko yang Salah

13 Maret 2017   16:03 Diperbarui: 13 Maret 2017   16:09 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktifitas operasional suatu perusahaan yang sangat besar kemungkinannya untuk menemui suatu resiko, mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk memberlakukan strategi khusus. Salah satunya yaitu melalui komunikasi resiko. Hal ini seperti perspektif Lofstedt dan Ortwinn yang menggunakan teori dan ide-ide dari komunikasi resiko  yang digunakan ketika mengatasi penenggelaman pelampung Brent Spar di perairan lepas Inggris yang menyebabkan kegemperan internasional. 

Krisis Brent Spar ini merupakan contoh klasik dari komunikasi resiko yang salah. Tenggelamnya tempat penyimpanan pelamppung tidak diperkuat oleh para media dan kelompok pemerhati lingkungan hidup. Pemerintah dan shell menemukan hal ini sebagai suatu ekspansionisme dan mungkin hal ini telah dilakukan tanpa pemberitahuan publik. Kejadian ini membuat Lofstedt dan Ortwinn meneliti beberapa alasan utama mengapa kelompok pemerhati lingkungan (Greenpeace) berhasil dalam komunikasi resiko dan sedangkan shell atau pemerintah Inggris gagal. Hal ini membuat mereka mempelajari beberapa pelajaran komunikasi resiko dari krisis ini.

I. Pengantar

Sejarah dari kasus Brent Spar ini dimulai pada tahun 1994 ketika dua raksasa minyak Shell dan Exxon mempunyai masalah dengan pembuangan pelampung penyimpanan minyak bernama Brent Spar. Empat pelampung yang awalnya ditugaskan pada tahun 1976 telah nonoperasional selama 5 tahun. Pelampung ini terletak di dalam air dengan kedalaman 75 meter dn karena beratnya lebih dari 4000 ton maka berdasar pedoman organisasi maritim internasional menetapkan bahwa menenggelamkan pelampung (buol) di dasar laut adalah pilihan yang tepat. Hasil studi yang dilakukan oleh Shell guna mempertimbangkan teknis keamanan dan dampak lingkungan dari pembuangan pelampung mendatangkan 4 opsi: pembuangan di darat, penenggelaman pelampung di lokasi beroperasi, dekomposisi pelampung di tempat, dan pembuangan di laut dalam. Hal ini yang menjadi pertimbangan shell memilih untuk menerapkan opsi keempat. 

Hal ini dikarenakan biaya yang murah dan dampak lingkungan yang kecil. Pada bulan Desember 1994 DTI (Departement of Trade and Industry) pun memberi izin shell untuk membuang pelampung di laut dalam.Kemudian pada tanggal 16 Februari pemerintah Inggris pun memberitahu nenegara-negara Eropa lain. Ketiadaan negara yang protes 60 hari setelah perjanjian dilakukan membuat pemerintah Inggris memberikan lisensi pembuangan pada minggu pertama Mei. Akan tetapi sebelum izin dikeluarkan Greenpeace langsung mengambil alih izin Brent spar. 

Berbagai bentuk protes keras pun dilakukan oleh Greenpeace, mulai dari , kontroversi yang memukul media dengan gambar aktivis Greenpeace menantang meriam air dari kapal tunda Shell, dan  Greenpeace juga melakukan mobilisasi politis dengan mengumpulkan tanda tangan untuk melawan penenggelaman. Greenpeace bahkan membuat klaim bahwa ada sejumlah besar logam berat dan material organik yang sangat beracun dalam tangki yang belum diumumkan oleh Shell Brent Spar ke laut dalam. Pada tanggal 9 Mei kementrian Lingkungan dan pertanian Jerman juga memprotes pemerintah Inggris karena pembuangan ke tanah juga belum diselidiki secara signifikan.                               

Banyaknya protes terhadap shell ini pun berakibat pada pom Shell di jerman yang mengalami penurunan penjualan, bahkan pom Shell juga diancam serangan, dirusak, serta dibom. Pemerintah inggris pun berusaha memberikan dukungan kepada Shell meskipun dukungan itu hanya sedikit terlihat. Dukungan itu berupa usaha Pemerintah Inggris untuk membujuk sekutu-sekutunya di Eropa dimana bahwa usaha penenggelaman Brent Spar adalah sesuai dengan BPEO (Best Practicable Enviromental option) namun argumen ini tidak digubris oleh publik. Lofstedt dan Renn pun berpendapat bahwa hilangnya kredibilitas Shell, kuatnya prote publik, dan kesuksesan boikot menandakan bahwa Shell dan pemerintah Inggris telah menerapkan strategi komunikasi resiko yang salah.                              \

Alasan Kegagalan Program Komuikasi Shell                   

Lofstedt dan Renn menjabarkan alasan dibalik mengapa Shell dan pemerintah Inggris gagal dalam komunikasi resiko dan sedangkan green peace berhasil,                         

Pertama, kesalahan dua aktor yaitu shell dan pemerintah inggris. Shell berperan dalam pengambilan keputusan yang hanya berdasar BPEO, sedangkan Pemerintah Ingris berperan dalam meleglkan keputusan Shell                                                                                                               

Kedua shell dipandang serakah karena modal besar yang mereka miliki justru tidak digunakan untuk memilih opsi penanganan brent spar yang lebih ramah lingkungan. seperti memilih untuk membuang di tanah. Hal inilah yang membuat kredibilitas shell menurun karena masyarakat memandang bahwa penanganan yang disesuaikan dengan BPEO juga merupakan opsi penanganan yang paling murah.                                                                                                

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun