Sumber: e-Kompas.Id
Masyarakat Indonesia sangat terharu dan berbahagia ketika melihat Timnas Sepakbola U-16 Indonesia menjuarai AFF U-16 2022. Ini adalah kali kedua timnas U-16 menjuarai turnamen junior sepakbola antar Asia Tenggara tersebut yang sebelumnya diraih oleh Coach Fakhri Husaini pada tahun 2018. Seluruh tim baik pemain maupun tim pelatih turut berbangga pada raihan prestasi ini.
Namun, ada satu hal yang saya khawatirkan atau mungkin sebagian pecinta sepakbola Indonesia. Apakah Muhammad Iqbal Gwijangge dkk dapat menjaga konsistensi agar bisa berkembang lebih baik lagi? Kita tahu bahwa turnamen yang mereka menangkan adalah turnamen junior U-16 antar negara Asia Tenggara, akan tetapi kemenagan tersebut tidak mempengaruhi ranking FIFA dan juga tidak terlalu bergensi. Bahkan, mereka sudah mendapatkan exposure dari media televisi swasta dengan menjadi tamu undangan dalam sebuah acara konser musik.
Mari kita lihat generasi U-16 sebelumnya pada tahun 2018, pada saat itu Timnas U-16 Indonesia menjuarai AFF U-16 untuk pertama kalinya dalam ajang tersebut. Bagas dan Bagus bersaudara, Rendy Juliansyah, Supriadi, Sutan Zico, Ernando dan lainnya menjadi buah bibir masyarakat pada saat tiu yang digadang – gadang menjadi generasi emas Timnas Indonesia di era mendatang. Bahkan di angkatan tersebut, mereka berkesempatan untuk mengikuti Garuda Select yang diselenggarakan oleh Djarum Group untuk mengikuti trial di Inggris yang dinahkodai oleh Dennis Wise dan Des Walker. Namun, pada perkembangannya pemain di generasi tersebut justru banyak yang layu untuk berkembang, mengalami star syndrome, masalah kedisiplinan dan attitude. Saat Coach Shin Tae Yong datang dan melakukan seleksi untuk tim nasional, beberapa pemain didepak dan langsung dipulangkan pada saat itu.
Tidak hanya timnas U-16 2018 saja yang mengalami kegagalan regenerasi, tapi hal tersebut juga terjadi timnas U-19 tahun 2013 dan timnas U-22 tahun 2019. Sama – sama menjuarai AFF kelompok umur, namun hanya menyisahkan hitungan jari saja yang berkembang lebih baik.
Sebenarnya, apa yang menyebabkan kegagalan generasi timnas junior terdahulu? Menurut saya, dari pihak netizen dan fans sepakbola Indonesia yang terlalu memuji dan menyanjung berlebihan pemain tersebut, padahal mereka belum terlalu berkembang dan masih harus diperbaiki lagi kedepannya. Tidak hanya itu, federasi kita “tercinta” PSSI juga harusnya menjaga generasi terdahulu maupun sekarang untuk lebih berusaha dan jangan berpuas diri supaya tidak adanya sebuah lingkaran setan pada sepakbola Indonesia. Oleh sebab itu, sebagai penikmat sepakbola kita seharusnya menjaga sikap kita dalam memuji maupun memberikan kritik pada pemain serta menuntut federasi untuk menganjurkan pemain untuk tidak cepat puas. Sekian dan terima kasih.
Sumber Gambar:
Piala AFF U-19 2022: Lolos ke Semifinal, Timnas Vietnam U-19 Dapat Bonus Rp320 Juta : e-Kompas.ID Bola - e-Kompas.ID
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H